MATERI 11 : INOVASI SINTAKS CTL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

      Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

            Model Pembelajaran CTL menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa belajar dalam CTL bukan hanya sekadar duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Lebih jauh ia mengupas bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan Blanchard (Trianto, 2007) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya
            Sementara Trianto (2007) berpendapat pula mengenai CTL adalah pembelajaran yang terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga dan warga masyarakat. Sejalan dengan hal di atas, Muslich (2007) menjelaskan bahwa landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal tetapi mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta yang mereka alami dalam kehidupannya. Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, pembelajaran CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan antara materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut digunakan dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. Materi pelajaran akan bermakna bagi siswa jika mereka mempelajari materi tersebut melalui konteks kehidupan mereka.
            Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), menawarkan bentuk pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan serta menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, peran siswa dalam pembelajaran CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya. Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta, tetapi belajar adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Komponen Utama Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)

            Menurut Trianto (2014) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu, Constructivism (konstruktivisme), Inquiry (menemukan), Questioning (bertanya), Learning Community (masyarakat belajar), Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi) dan Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya).

1.          Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivistik merupakan landasan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dalam kontruktivistik, strategi lebih diutamakan dibanding seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dalam kontruktivis, lebih diutamakan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
  • Menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa
  • Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
  • Menyadarkan siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
      2.    Pemodelan (Modelling)

            Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru siswa, misalnya cara mengoperasikan suatu mesin, guru mendatangkan ahlinya kesekolah agar peserta didik dapat menirunya dan lain sebagainya. Pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya.

3.          Bertanya (Questioning)

            Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran. Guru menggunakan Questioning (bertanya) untuk menuntun siswa berpikir bukannya penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya digunakan sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Inti dari penerapan bertanya (questioning):
  • Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu
  • Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi
  • Melatih siswa untuk berpikir kritis
4.   Menemukan (Inquiry)

            Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang suatu pembelajaran dalam bentuk kegiatan nememukan (inquiri) dalam bentuk apapun materinya yang diajarkan. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry:
  • Observasi (Observation)
  • Bertanya (Questioning)
  •  Mengajukan dugaan (Hipotesis)
  •  Pengumpulan data (Data gathering)
  •  Penyimpulan (Conclussion)
5.   Masyarakat Belajar (Learning Community)
            Masyarakat belajar artinya bahwa seseorang kaya dengan pengetahuan dan pengalaman tatkala mereka banyak belajar dari orang lain, dalam masyarakat belajar hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain dengan sharring antar teman, antar kelompok dan mereka yang tahu ke yang belum tahu.Masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan maupun bakat dan minatnya. Praktik dalam pembelajaran ”masyarakat belajar” terwujud dalam:
  • Pembentukan kelompok kecil
  • Pembentukan kelompok besar
  • Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, budayawan, petani, perawat, polisi, dll)
  • Bekerja dengan kelas sederajat
  • Bekerja kelompok dengan kelas yang diatasnya
  • Bekerja dengan masyarakat
6. Refleksi (Reflection)

            Refleksi merupakan guru/pelajar menghubungkan antara pengetahuan peserta didik yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, pembelajar menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi, berupa pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal dari buku peserta didik , kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu.

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

            Prosedur penilaian otentik adalah menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) peserta didik secara nyata penekanan penilaian otentik adalah pada penilaian yang tidak hanya mengacu pada hasil akan tetapi penilaian pada proses, bagaimana peserta didik memperoleh dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Berpikir kreatif

            Johnson (2014:214-215) menyatakan berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif yang membutuhkan aktivitas mental seperti:

1.    Mengajukan pertanyaan.
2.    Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka.
3.    Membangun keterkaitan, khususnya diantara hal-hal yang berbeda.
4.    Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.
5.    Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda.
6.    Mendengarkan intuisi.
            Idris (2015:50) menjelaskan, biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas dan menyukai kegemaran dengan aktivitas yang kreatif. Mereka biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri, lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. 
            Indikator berpikir kreatif E. Paul Torrance dalam Davis (2012:359) mendeskripsikan kemampuan kreatif :
  1. Fluency adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide verbal non verbal dalam merespon masalah yang tidak memiliki satu jawaban benar.
  2. Flexibility adalah kemampuan untuk mengambil pendekatan berbeda untuk suatu masalah, memikirkan ide dalam kategori berbeda, atau melihat masalah dalam perspektif berbeda.
  3. Originality itu berarti keunikan, ketidaksamaan dalam pemikiran dan tindakan atau cara berpikir yang unik.
  4. Elaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, memperhalus, menyempurnakan, dan bahkan menerapkan ide.
  5. Transformasi berarti kreativitas, merubah satu ide atau objek lain dengan melakukan modifikasi, mengkombinasi, atau dengan melihat makna baru, dampak, penerapan, atau adaptasi ke pengguna baru.
           
            Munandar (2012) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Berikut indikator penilaian berpikir kreatif beserta perilakunya.
1. Berpikir lancar (Fluency)
  • Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
  • Arus pemikiran lancar
2. Berpikir luwes (flexibility)
  • Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
  • Mampu mengubah cara atau pendekatan
  • Arah pemikiran yang berbeda
3. Berpikir orisinil (Originality)
  • Meberikan jawaban yang tidak lazim
  • Memberkan jawaban yang lain dari pada yang lain
  • Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Berpikir terperinci (elaboration)
  • Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
  • Memperinci detail-detail
  • Memperluas suatu gagasan

Sintaks Hasil inovasi

Berikut sintaks hasil inovasi pada model pembelajaran CTL dan dampaknya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa:

No
Sintaks  model CTL Konvensional
Sintaks CTL Hasil modifikasi
(Inovasi)
Indikator berpikir kreatif
Dampak Inovasi Sintaks terhadap Kemampuan berpikir kreatif
Alasan dilakukan inovasi
1
KONSTRUKTIVISME
KONSTRUKTIVISME

Dengan  menambahkan kegiatan :
·  Menggali pengetahuan siswa mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi sekarang melalui fenomena yang sering ditemui dalam kehidupan
·  Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan bagaimana persepsinya mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi sekarang melalui fenomena yang sering ditemui dalam kehidupan
Diharapkan akan mampu memunculkan banyak ide/pendapat/persepsi yang beragam dari siswa dalam memandang suatu fenomena didalam kehidupan sehari-hari
Dengan  dilakukannya inovasi kegiatan :
·  Menggali pengetahuan siswa mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi sekarang melalui fenomena yang sering ditemui dalam kehidupan
·  Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan bagaimana persepsinya mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi sekarang melalui fenomena yang sering ditemui dalam kehidupan
Dilakukan karena pada aktivitas menggali pengetahuan awal siswa ini sangat penting dalam melihat bagaimana persepsi siswa dalam memahami materi sebelum maupun yang akan dipelajari

Mengkondisikan siswa
Mengkondisikan siswa untuk fokus dalam mengikuti kegiatan belajar yang akan dilakukan
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai
Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai
Memberikan motivasi
Memberikan motivasi dalam pembelajaran berupa manfaat materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yakni faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Menggali pengetahuan prasyarat(pengetahuan awal) yang dimiliki siswa
Menggali pengetahuan siswa mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi sekarang melalui fenomena yang sering ditemui dalam kehidupan mengenai faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes (flexcibility)

Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan bagaimana persepsinya mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi sekarang melalui fenomena yang sering ditemui dalam kehidupan faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara lancar(fluency)
2
PEMODELAN (MODELLING)
PEMODELAN (MODELLING)




Mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok
Guru membuat kertas undian (yang telah dipersiapkan sebelumnya)yang akan dipilih siswa dalam membentuk kelompok sehingga anggota kelompok sebaran kemampuannya heterogen

Dengan  menambahkan kegiatan :
·   Guru membuat kertas undian (yang telah dipersiapkan sebelumnya)yang akan dipilih siswa dalam membentuk kelompok sehingga anggota kelompok sebaran kemampuannya heterogen
·   Menginstruksikan siswa untuk menelaah media/video/fenomena dikehidupan serta menuliskan kaitannya dengan  materi
Diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan elaborasi (melihat secara detail), berpikir lancar dan luwes
Dengan  dilakukannya inovasi kegiatan :
·   Guru membuat kertas undian (yang telah dipersiapkan sebelumnya)yang akan dipilih siswa dalam membentuk kelompok sehingga anggota kelompok sebaran kemampuannya heterogen
·   Menginstruksikan siswa untuk menelaah media/video/fenomena dikehidupan serta menuliskan kaitannya dengan  materi
Dilakukan agar pada saat pembagian kelompok kemampuan siswa yang telah tersebar secara heterogen dapat melancarkan kegiatan peer-tutoring selama diskusi selain itu dengan dilakukanya proses penelaahan maka siswa tidak hanya akan menonton saja namun dapat mengambil intisari atas modelling yang ditampilkan.

Menyajikan media/video/fenomena dikehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
Menyajikan media/video/fenomena dikehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes (flexcibility)dan lancar

Menginstruksikan siswa untuk menelaah media/video/
fenomena dikehidupan serta menuliskan kaitannya dengan  materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes, lancar, dan berelaborasi
3
BERTANYA (QUESTIONING)
BERTANYA (QUESTIONING)




Membimbing siswa melakukan tanya jawab/diskusi
Membimbing siswa melakukan tanya jawab/diskusi bahkan observasi
Memungkinkan siswa untuk memperlluas gagasan (elaborasi)
Dengan  menambahkan kegiatan :
·  Menginstruksikan anggota individual yang nantinya akan diakumulasi dengan anggota kelompok menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan media/video/
·  Fenomena yang ditampilkan sebelumnya dan kaitannya dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
·  Menginstruksikan siswa untuk menelaah masalah yang akan dicari solusinya dalam kaitannya dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
·  Menginstruksikan siswa mengenai prosedur dalam pembelajaran kemudian membimbing siswa secara intens dalam bertanya
Dengan menambahkan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan daya pikir dan cipta gagasan siswa yang lebih baik dan lebih terarah
Dengan  dilakukannya inovasi kegiatan :
·  Menginstruksikan anggota individual yang nantinya akan diakumulasi dengan anggota kelompok menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan media/video/
·  Fenomena yang ditampilkan sebelumnya dan kaitannya dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
·  Menginstruksikan siswa untuk menelaah masalah yang akan dicari solusinya dalam kaitannya dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
·  Menginstruksikan siswa mengenai prosedur dalam pembelajaran kemudian membimbing siswa secara intens dalam bertanya
Maka  kemungkinan pemanfaat kemampuan berpikir kreatif akan semakin tinggi, karena terjadi proes pertukaran gagasan, memberikan pemecahan masalah yang unik/orisinil serta relevan


Menginstruksikan anggota individual yang nantinya akan diakumulasi dengan anggota kelompok menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan media/video/
Fenomena yang ditampilkan sebelumnya dan kaitannya dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes, lancar, dan berelaborasi
Menginstruksikan siswa untuk menelaah masalah yang akan dicari solusinya dalam kaitannya dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi


Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara mendetail (elaborasi), memberikan hasil telaah yang orisinil
Menginstruksikan siswa mengenai prosedur dalam pembelajaran kemudian membimbing siswa secara intens dalam bertanya
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes, lancar, dan berelaborasi
4
MENEMUKAN (INQUIRY)
MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)




Membimbing siswa untuk mencari tahu sendiri materi pembelajaran dari berbagai sumber
Menginstruksikan siswa untuk mencari kemungkinan masalah dan pemecahannya secara bersama-sama (antar anggota  1 kelompok/anggota kelompok 1 dan kelompok lain)
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara mendetail (elaborasi), memberikan hasil telaah yang orisinil
Dengan  menambahkan kegiatan :
·   Menginstruksikan siswa untuk mencari kemungkinan masalah dan pemecahannya secara bersama-sama (antar anggota  1 kelompok/anggota kelompok 1 dan kelompok lain
·   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi pendukung dari berbagai sumber-literatur (literasi) dan saling berbagi informasi tersebut satu sama lain(sharing)
Diharapkan siswa dapat berbagi gagasan orisinil yang didukung dengan lieratur yang relevan serta mendetail satu sama liannya
Dengan  dilakukannya inovasi kegiatan :
·   Menginstruksikan siswa untuk mencari kemungkinan masalah dan pemecahannya secara bersama-sama (antar anggota  1 kelompok/anggota kelompok 1 dan kelompok lain
·   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi pendukung dari berbagai sumber-literatur (literasi) dan saling berbagi informasi tersebut satu sama lain(sharing)
Agar siswa mampu berliterasi dengan baik seperti tuntutan k13 revisi 2017, berdiskusi dan menyampaikan gagasannya walaupun tidak sama dengan yang lain


Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi pendukung dari berbagai sumber-literatur (literasi) dan saling berbagi informasi tersebut satu sama lain(sharing)
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes, lancar, dan berelaborasi
5
MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)
MENEMUKAN (INQUIRY)




Membantu siswa mengatasi permasalahan yang diberikan
Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan masalah yang dirasa paling tepat yang berkaitan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan fenomena yang ditelaah berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan)
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara mendetail (elaborasi), memberikan hasil telaah yang orisinil
Dengan  menambahkan kegiatan :
·  Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan masalah yang dirasa paling tepat yang berkaitan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan fenomena yang ditelaah berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan)
·  Menginstruksikan siswa untuk memberikan pemecahan masalah yang baru/belum ada sebelumnya/memodifikasi tnetunya  relevan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
·  Memberikan kesempatan siswa untuk bereksplorasi lebih mendalam mengenai faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan implikasinya
·  Memberikan siswa kesempatan untuk meninjau kembali relevansi pemecahan masalah hasil temuan
Diharapkan siswa dapat memunculkan gagasan/pemecahan gagasan baru hasil pemikiran secaram nedetail yang relevan dan belum ditemukan  sebelumnya
Dengan  dilakukannya inovasi kegiatan :
·  Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan masalah yang dirasa paling tepat yang berkaitan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan fenomena yang ditelaah berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan)
·  Menginstruksikan siswa untuk memberikan pemecahan masalah yang baru/belum ada sebelumnya/memodifikasi tnetunya  relevan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
·  Memberikan kesempatan siswa untuk bereksplorasi lebih mendalam mengenai faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan implikasinya
·  Memberikan siswa kesempatan untuk meninjau kembali relevansi pemecahan masalah hasil temuan
Akan  memberikan siswa kesempatan yang luas untuk bereksplorasi, menemukan hal baru, ide baru yang orisinil, relevan, detail dan beragam

Memberikan kesempatan tanya jawab seputar hasil diskusi
Menginstruksikan siswa untuk memberikan pemecahan masalah yang baru/belum ada sebelumnya/memodifikasi tnetunya  relevan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara orisinil, luwes lancar, serta mendetail (elaborasi),

Memberikan kesempatan siswa untuk bereksplorasi lebih mendalam mengenai faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan implikasinya
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara mendetail dalam mengembangkan,menambah,memperkaya gagasan yang dimilikinya
Memberikan siswa kesempatan untuk meninjau kembali relevansi pemecahan masalah hasil temuan
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes atau dapat menghasilkan pendapat yang relevan dengan masalah/materi
6.
REFLEKSI (REFLECTION)
REFLEKSI (REFLECTION)




Memberikan penguatan
Memberikan permasalahan yang bertolak belakang dengan kemungkinan pemecahan masalah yang dipaparkan siswa
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes atau dapat menghasilkan pendapat yang relevan dengan masalah/materi, gagasan yang beragam, orisinil, dan mampu mengubah arah pemikiran secara berbeda
Dengan  menambahkan kegiatan :
·  Memberikan permasalahan yang bertolak belakang dengan kemungkinan pemecahan masalah yang dipaparkan siswa
·  Memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi mendalam mengenai pemecahan masalah dan permasalahan baru yang bertolak belakang
·  Memberikan siswa kesempatan untuk memaparkan persepsinya baik per kelompok maupun per individu (dipilih)
·  Memberikan siswa kesempatan untuk menuliskan persepsinya tentang materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang telah didiskusikan, mulai dari permasalahan, pemecahan masalah, informasi pendukung
Diharapkan siswa dapat secara maksimal memanfaatkan kemampuan berpikir yang dimiliki secara kreatif
Dengan  dilakukannya inovasi kegiatan :
·  Memberikan permasalahan yang bertolak belakang dengan kemungkinan pemecahan masalah yang dipaparkan siswa
·  Memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi mendalam mengenai pemecahan masalah dan permasalahan baru yang bertolak belakang
·  Memberikan siswa kesempatan untuk memaparkan persepsinya baik per kelompok maupun per individu (dipilih)
·  Memberikan siswa kesempatan untuk menuliskan persepsinya tentang materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang telah didiskusikan, mulai dari permasalahan, pemecahan masalah, informasi pendukung
Dilakukan karena dengan memberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat/berasumsi  baik it secara individu maupun antar kelompok


Memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi mendalam mengenai pemecahan masalah dan permasalahan baru yang bertolak belakang
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara mendetail (elaborasi), memberikan hasil telaah yang orisinil
Memberikan siswa kesempatan untuk memaparkan persepsinya baik per kelompok maupun per individu (dipilih)
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes atau dapat menghasilkan pendapat yang relevan dengan masalah/materi, gagasan yang beragam, orisinil, dan mampu mengubah arah pemikiran secara berbeda

Membimbing siswa untuk membuat ringkasan
Membimbing siswa untuk membuat ringkasan



Memberikan siswa kesempatan untuk menuliskan persepsinya tentang materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang telah didiskusikan, mulai dari permasalahan, pemecahan masalah, informasi pendukung
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara mendetail (elaborasi), memberikan hasil ringkasan yang orisinil
7
PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC  ASSESSMENT)
PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC  ASSESSMENT)




Membantu siswa menyimpulkan
Membantu siswa menyimpulkan berdasarkan hasil diskusi, dan penemuan

Dengan  menambahkan kegiatan :
·  Meluruskan miskonsepsi yang muncul pada saat diskusi
·  Memberikan tes akhir berupa tes essay(memberikan masalah dan siswa yang meberikan alternatif pemecahan) yang membutuhkan nalar dan ide kreatif siswa dalam menjawab
Diharapkan siswa yang tadinya tidak mengerti dan tidak memiliki gagasan kreatif dapat terasah, agar dapat berpikir secara luwes/terbuka, orisinil, dan lancar
Dengan  dilakukannya inovasi kegiatan :
·  Meluruskan miskonsepsi yang muncul pada saat diskusi
·  Memberikan tes akhir berupa tes essay(memberikan masalah dan siswa yang meberikan alternatif pemecahan) yang membutuhkan nalar dan ide kreatif siswa dalam menjawab
Dilakukan karena siswa sering kali memahami konsep tapi hanya sekedar pahamdan tidak tertanam kuat dan berimplikasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga materi perlu diulang-ulang beberapa kali sedangkan materi yang harus dicapai memiliki alokasi waktu yang sempit, begitu juga dengan miskonsepsi, agar siswa tidak terlalu jauh melenceng maka perlu dilakukan pelurusan miskonsepsi sehingga siswa semakin paham
Meluruskan miskonsepsi yang muncul pada saat diskusi
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes, lancar dan orisinil
Memberikan tes akhir
Memberikan tes akhir berupa tes essay(memberikan masalah dan siswa yang meberikan alternatif pemecahan) yang membutuhkan nalar dan ide kreatif siswa dalam menjawab
Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara luwes atau dapat menghasilkan pendapat  dan jawabn yang relevan dengan masalah/materi, gagasan yang beragam, orisinil, dan mampu mengubah arah pemikiran secara berbeda
NB : Kolom yang bercetak kuning merupakan hasil inovasi sintaks.
Referensi:

http://bumipendidik.blogspot.com/2014/07/model-pembelajaran-ctl-contextual.html
http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/06/pengertian-contextual-teaching-and-learning.html

PERTANYAAN :
1. Menurut anda, apakah inovasi yang saya buat dapat memenuhi tuntutan pembelajaran pada trend IOT ppada masa yang akan datang?
2. Menurut anda, sudah cocokkah inovasi yang saya buat dengan indikator berpikir kreatif? berikan alasan.
3. Tolong berikan kritik dan saran atas inovasi yang saya lakukan pada model pembelajaran CTL ini!

Comments

  1. Sintaks yang sudah kak Rini buat sudah bagus, namun disini saya ingin memberikan kritik dimana dalam pembentukan kelompok yang heterogen sebaiknya bukan dengan cara undian melainkan pemilihan langsung berdasarkan kemampuan siswa karena kalau diundi bisa jadi tidak heterogen melainkan homogen karena kita tidak tahu peluangnya bagaimana. Kalau guru langsung memilih setidaknya guru sudah tau karakter siswa yang diajarnya bagaimana. Terima Kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya setuju dengan pendapat rifany dimana dengan undian yang diharapkan akan memunculkan kemampuan siswa yang heterogen, hanya saja peluang untuk heterogen sangat kecil dan peluangnya besar untuk tidak heterogen, karena bisa jadi semua siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif berkumpul dalam satu kelompok sedangkan yang masih kurang kemampuan berpikir kreatifnya juga menjadi satu kelompok sehingga mereka merasa pilih kasih dalam pemilihan kelompok, sebaiknya dengan pembagian acak lain atau pemilihan sesuai kemapuan oleh guru itu sendiri

      Delete
    2. disini saya akansedikit membei penjelasan mengenai undian, undian yang diberikan untuk siswa ini sebelumnya telah ditandai oleh guru untuk dibagikan kepada siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, sehingga sebaran siswa berpikir tinggi akan merata pada semua kelompok.

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Menanggapi pertanyaan kak rini yang pertama, kita lihat dari perngertian dari IOT (Internet of Things) adalah suatu konsep dimana objek tertentu punya kemampuan untuk mentransfer data lewat jaringan tanpa memerlukan adanya interaksi dari manusia ke manusia ataupun dari manusia ke perangkat komputer. mungkin, implikasi dari IOT dimasa depan tidak diperlukan lagi pembelajaran tatap muka, cukup melalui internet. namun sangat bagus jika inovasi sintaks yang kak rini buat bisa diterapkan dalam pembelajaran IOT.

    ReplyDelete
  4. menurut saya inovasi sintak model pembelajaran kontekstual yang dibuat sudah baik dan sesuai dengan ndikator berpikir kreatif. contohnya pada komponen MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY), inovasi yang dibuat yaitu Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan masalah yang dirasa paling tepat yang berkaitan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan fenomena yang ditelaah berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan) dengan indikatornya yaitu Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara mendetail (elaborasi), memberikan hasil telaah yang orisinil. disini terlihat keseuaian antara indikator dan inovasi tersebut selainitu diperkuat pula dengan adanya alasan pendukung yang telah dibuat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sependapat dengan fira bahwa inovasi sintak model pembelajaran kontekstual yang dibuat sudah baik dan sesuai dengan ndikator berpikir kreatif. contohnya pada komponen MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY), inovasi yang dibuat yaitu Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan masalah yang dirasa paling tepat yang berkaitan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan fenomena yang ditelaah berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan) dengan indikatornya yaitu Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara mendetail (elaborasi), memberikan hasil telaah yang orisinil

      Delete
    2. saya sependapat dengan fira dan kakak nelly bahwa inovasi sintak model pembelajaran kontekstual yang dibuat sudah baik dan sesuai dengan ndikator berpikir kreatif. inovasi yang dibuat yaitu Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan pemecahan masalah yang dirasa paling tepat yang berkaitan dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan fenomena yang ditelaah berdasarkan hasil pemodelan (langkah pemodelan) dengan indikatornya yaitu Siswa dalam kegiatan ini dapat berpikir secara mendetail (elaborasi), memberikan hasil telaah yang orisinil

      Delete
  5. saya akan menjawab soal nomor 1, menurut saya bisa dihubungkan dengan IoT, jika pembelajarannya bisa dipadukan dengan internet. misal mereka dapat menemukan bahan diskusi dari internet untuk memecahkan permasalahan dari guru serta dapat memaduan inovasi-inovasi yang mereka temukan di internet menjadi inovasi yang mereka susun dan rancang sendiri sehingga kemungkinan anak untuk berpikir kreatif sangat besar terjadi

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya sependapat dengan saudari tri yang mengatakan " bisa dihubungkan dengan IoT, jika pembelajarannya bisa dipadukan dengan internet. misal mereka dapat menemukan bahan diskusi dari internet untuk memecahkan permasalahan dari guru serta dapat memaduan inovasi-inovasi yang mereka temukan di internet menjadi inovasi yang mereka susun dan rancang sendiri sehingga kemungkinan anak untuk berpikir kreatif sangat besar terjadi", ini merupakan salah satu pengaplikasian IoT dalam proses pembelajaran.

      Delete
    2. Iya saya jg stuju dgn teman teman bahwa sintak yg kk rini buat ini bisa menerapkan IoT jika proses pembelajaran di lakukan jg menggukan berbasis internet. Shingga IoT itu sndiri akan muncul

      Delete
  6. menurut saya inovasi yang kk buat dapat memenuhi tuntutan pembelajaran pada trend IOT seperti penggunaan smartphone yang digunakan untuk mencari referensi sumber belajar di internet. dan dalam inovasi yang kk buat sudah mencakup keseluruhan sintaks yang ada dalam CTL. sehingga modifikasi model CTL ini dapat kk terapkan di kelas yang kk ingin ajarkan. dan saran saya sama seperti teman-teman yang lain bahwa dalam pengelompokkan siswa, alangkah lebih baiknya jika kk yang membuatkan kelompoknya sehingga siswa bergabung dengan kelompok secara heterogen.

    ReplyDelete
  7. saran buat kak rini yaitu dalam pembentukan kelompok yang heterogen sebaiknya bukan dengan cara undian melainkan pemilihan langsung berdasarkan kemampuan siswa karena kalau diundi bisa jadi tidak heterogen melainkan homogen karena kita tidak tahu peluangnya bagaimana.

    ReplyDelete
  8. sintaks yang dibuat sudah cukup baik. saya sependapat dengan teman-teman yang lain bahwa pembentukan kelompok yang heterogen sebaiknya dilakukan bukan dengan undian, dikhawatirkan akan menumpuk siswa yang berkemampuan tinggi disuatu kemlompok dan siswa berkemampuan rendah disatu kelompok pula. ada baiknya guru membaginya sama rata peyebaran anak bekebutuhan tinggi dan rendah.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts