MATERI 12 : INOVASI SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN PBL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS




MODEL PEMBELAJARAN PBL

Model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran berlandaskan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, yang menjadikan mereka mahir dalam memecahkan masalah, serta memiliki strategi belajar sendiri dan kemampuan dalam berpartisipasi di dalam tim.
Proses pembelajaran pada model pembelajaran PBL menggunakan pendekatan yang lebih sistematik guna memecahkan sebuah problem dan menghadapi tantangan yang kemungkinan besar bakal menghadang  dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begini, nantinya siswa diharapkan siap dan terlatih untuk menghadapi problematika dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Rumusan dari Dutch (1994), Problem Based Learning (PBL) adalah instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, mewujudkan kerjasama yang baik dalam kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan agar rasa ingin tahu serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran bisa terpancing dan terpacu. Jadi, model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning (PBL) dapat kita katakan sebagai model pembelajaran yang mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta mencari dan menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai guna menghadapi suatu problem yang ada.
Prinsip model pembelajaran PBL atau Problem Based Learning terkait dengan masalah kehidupan nyata, sehingga siswa mempunyai kesempatan dalam memilih dan melakukan penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh yang diperlukan dalam memecahkan masalah.
Saat ini, implementasi kurikulum 2013 menekankan pada proses belajar yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/ High Order Thinking Skill), dan Model Pembelajaran PBL inilah salah satu model yang bisa diandalkan. Model pembelajaran PBL merupakan salah satu metode pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi (HOTS). Model pembelajaran ini akan sangat membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Dengan menerapkan model pembelajaran PBL ini, siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan dan kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam memori mereka sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan kembali.
Jadi PBL adalah metode pembelajaran berbasis masalah yang mengedepankan  strategi pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Menurut Rusman (2010:232), karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
  1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
  2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur. 
  3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective). 
  4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. 
  5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama. 
  6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam problem based learning. 
  7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif. 
  8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan. 
  9. Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar. 
  10. Problem based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Berikut langkah-langkah dalam sintaks model pembelajaran PBL konvensional.


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
                Kemampuan berpikir kritis adalah potensi intelektual yang dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran. Setiap manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemikir yang kritis karena sesungguhnya kegiatan berpikir memiliki hubungan dengan pola pengelolaan diri (self organization) yang ada pada setiap mahluk di alam termasuk manusia sendiri. Terdapat suatu anggapan yang penting bagi kita untuk tidak hanya belajar berpikir kritis, tetapi juga mengajarkan berpikir kritis kepada orang lain. Anggapan tersebut sangat penting karena bagi seseorang untuk bisa berhasil di dalam bidang apa pun, dia harus memiliki kecakapan untuk berpikir kritis, dia harus bisa menalar secara induktif dan deduktif, seperti kapan dia melakukan kritik dan mengkonsumsi ide-ide atau saran-saran. Kecakapan-kecakapan berpikir kritis ini biasa dikenal sebagai sebuah tujuan pendidikan yang penting, dan dianggap sebagai sebuah hasil yang diinginkan dari semua kegiatan manusia (Samsudin, 2009).
                Pemikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu yang besar, aktual, nalarnya dapat dipercaya, berpikiran terbuka, fleksibel, seimbang dalam mengevaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka personal, berhati-hati dalam membuat keputusan, bersedia mempertimbangkan kembali, transparan terhadap isu, cerdas dalam mencari informasi yang relevan, beralasan dalam memilih kriteria, fokus dalam inkuiri, dan gigih dalam mencari temuan. Bentuk sederhananya, berpikir kritis didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal, yaitu: kejernihan, keakuratan, ketelitian (presisi), konsistensi, relevansi, fakta-fakta yang reliabel, alasan-alasan yang baik, dalam, luas, dan sesuai.
                Menurut Beyer (dalam Surya, 2011:137), terdapat beberapa karakteristik dalam kemampuan berpikir kritis, yaitu:
  1. Watak (dispositions). Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik. 
  2. Kriteria (criteria). Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang. 
  3. Argumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen. 
  4. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning). Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
  5. Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah cara memandang atau landasan yang digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda. 
  6. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau perkiraan-perkiraan.
                Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau  dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
(1).   Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
(2).   Mencari alasan.
(3).   Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
(4).   Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
(5).   Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
(6).   Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
(7).   Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
(8).   Mencari alternatif.
(9).   Bersikap dan berpikir terbuka.
(10).  Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
(11).  Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
(12).  Bersikap secara  sistimatis  dan  teratur dengan bagian-bagian  dari keseluruhan masalah.

HASIL INOVASI SINTAKS PBL
Berikut merupakan inovasi  saya dalam memodifikasi model PBL yang digunakan pada materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi:

No
Sintaks  model PBL Konvensional
Sintaks PBL Hasil modifikasi
(Inovasi)
Indikator berpikir kritis

Alasan serta Dampak Inovasi Sintaks terhadap Kemampuan berpikir kritis
1
Mengorientasi siswa pada masalah
Mengorientasi siswa pada masalah

Alasan  melakukan modifikasi yakni,  pada sintaks konvensional tidak terjabarkan dengan detail kegiatan apa yang dapat dilakukan siswa sehingga masih belum terarah dengan baik  serta belum bisa menggambarkan secara jelas bagaiamana kemampuan berpikir krirtis siswa dapat dikembangkan.


Dengan adanya modifikasiyang saya lakukan, yakni adanya penjabaran kegiatan yang lebih detail diharpakan siswa secara bebas dapat berargumentasi dengan relevansi dan kredibilitas tinggi, bersikap terbuka dengan informasi apapun yang didapatkanya

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana/logistik yang dibutuhkan
Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai

Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata
Memberikan motivasi dalam pembelajaran berupa manfaat materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yakni faktor yang mempengaruhi laju reaksi


Menggali pengetahuan siswa mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi sekarang melalui fenomena yang sering ditemui dalam kehidupan mengenai faktor yang mempengaruhi laju reaksi
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik
·  Bersikap dan berpikir terbuka
Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan bagaimana persepsinya mengenai materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi sekarang yakni faktor yang mempengaruhi laju reaksi
·  Bersikap dan berpikir terbuka
·  Berargumen relevan dengan ide utama
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Mengorganisasikan siswa untuk belajar


Alasan melakukan modifikasi yakni karena pada model konvensional perna guru masih dikatakan dominan (guru “membantu”) sedangkan pada saat ini sisw diharpkan untuk dapat berpikir secara mandiri namun tetap relevan, dapat melakukan sharing knownledge satu salam lain.


Dengan adanya modifikasi siswa dapat secara mandiri dapat menentukan masalah yang akan dipecahkannya sendiri/berkelompok, peer tutoring berjalan, siswa saling bertukar pengetahuan, dapat mengasah ketajaman persepsi berdasarkan bukti, relevan dengan materi dak menetapkan standar/patokan sendiri sejauh mana akan membahas suatu masalah/materi



















Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasi pada tahap sebelumnya




Melibatkan siswa dalam kegiatan identifikasi masalah/fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mengenai materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi (misalnya pada alasan mengapa makanan cepat membusuk, dan mengapa makanan yang disimpan dikulkas lebih tahan lama)
·  Mencari penjelasan sebanyak mungkin
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik
·  Bersikap dan berpikir terbuka
·  Berusaha tetap relevan dengan ide utama
Membentuk kelompok belajar siswa yang sebaran kemampuannya heterogen
·  Bersikap dan berpikir terbuka

Memberikan kesempatan siswa untuk menentukan sendiri fenomena apa yang akan dibahas didalam kelompok tentunya dengan mengaitkannya dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi(eg. Konsentrasi, luas permukaan)
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik
·  Bersikap dan berpikir terbuka
·  Menetapkan kriteria/patokan dalam menentukan masalah yang akan dibahas (sejauh mana)
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Melakukan penemuan (inquiry)


Alasan  memodifikasi tahap Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dengan Melakukan penemuan (inquiry)  yakni karena dengan melakukan kegiatan penemuan maka siswa akan bebas berliterasi dan menemukan sumber data pendukung yang kredibeldan relevan dengan masalah serta pemecahan masalahnya, selain itu siswa dapat berobservasi sesuai dengan pandangannya tentunya dimonitor oleh guru agar tidak melenceng dari tujuan pembelajaran


Dengan modifikasi yang saya lakukan diharpkan dapat berdampak pada kemampuan siswa untuk berargumentasi berdasarkan bukti, memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang berbeda, dapat berlogika konsisten dengan tingkat relevansi yang tinggi serta didukung bukti yang kredibel



























Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Siswa diberikan kesempatan untuk mencari  literatur (literasi) dari berbagai sumber dan pandangan yang berbeda mengenai masalah/fenomena yang akan dicari pemecahannya
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik
·  Memiliki logika yang konsisten
·  Bersikap dan berpikir terbuka
·  Teliti alam mencari alasan/faktor pendukung
·  Mengutamakan relevansi
·  Literatur yang ugunakan hanya yang kredibel
Melakukan eksperimen/obervasi untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Melibatkan siswa dalam proses bertukar pikiran satu sama lain/berargumen mengenai apa yang telah ditemukan baik itu yang mendukung,berkaitan erat.
·  Berargumen dengan bukti dan pendukung yang jelas
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik
·  Bersikap dan berpikir terbuka












Mendorong siswa untuk menafsirkan/membuat persepsinya sendiri terhadap masalah dan pemecahan yang paling tepat
·  Menafsirkan fenomena dari berbagai sudut pandang berbeda
·  Berargumen berdasarkan bukti dan pendukung yang kredibel dan relevan
Menguji relevan atau tidak antara masalah yang dipilih untuk dipecahkan dengan pemecahan masalah yang dipilih melalui/eksperimen/observasi/mengumpulkan data atau video
·  Berargumen berdasarkan bukti dan pendukung yang kredibel dan relevan
·  Bekerja secara sisematis dan sesuai dengan proedur yang telah dipatok
Bertanya (questioning)

Alasan saya menambahkan Bertanya (questioning) karena dengan memunculkan masalah “Baru” maka ssiwa tidak akan stuck melainkan akan mencari alternatif pemecahan lain yang tentunya tidak bertentangan dengan apa yang telah diyakininya selama proses penyelesaian masalah (konsisten)


Dengan dilakukannya modifikasi diharapkan siswa dapat memberikan alasan berdasarkan logika yang konsisten, dapat menemukan alternatif yang sesuai dan relevan
Memberikan siswa masalah/ fenomena yang bertolak belakang dengan pemecahan masalah yang telah dirumuskan siswa (misalnya pada materi konsentrasi, pada reaksi biasa tinggi rendahnya konsentrasi akan mempengaruhi laju reaksi, tetapi pada reaksi enzimatik mengapa tidak demikian/bagaimana cara kita untuk meningkatkan laju reaksi walaupun pada suhu rendah sekalipun)
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik
·  Bersikap dan berpikir terbuka
·  Mencari alternatif
·  Mencari penjelasan sebanyak mungkin
·  Berargumen berdasakan bukti yang kredibel dan relevan
Memberikan siswa mengkonfirmasi masalah, pemecahan masalah, serta masalah yang bertolak belakang untuk melihat relevansi, keterkaitannya
·  Berusaha memberikan alasan yang berdasarkan logika dan bukti kredibel dan relevan
Memberikan siswa kesempatan untuk bertanya/berdiskusi
·  Bersikap dan berpikir terbuka
·  Respek terhadap perbedaan pendapat
·  kosisten
4
Mengembangkan dan menampilkan hasil karya
Mengembangkan dan menampilkan hasil karya

Alasan memodifikasi langkah ini karena pada sintaks konvensional tidak terjabar dengan detai apa yang harus dilakukan serta peran  guru masih dirasa dominan sehingga dilakukan modifikasi sehingga guru hanya berperan dalam memonitoring siswa agar tidak melenceng dari tujuan pembelajaran.

Dengan dilakukkannya modifikasi diharapkan dapat berdampak positif pada kemampuan siswa dalam berpikir krirtis yang ditandai dengna bekerja secara sistematis, berargumen berdasarkan logika yang konsisten, berpikir secara terbuka didukung bukti yang kredibel dan relevan















Membantu siswa berbagi tugas  dan merencanakan/ menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan/video/model







Membantu siswa dalam mengembangkan apa yang sudah didapatkan mulai dari masalah berdasarkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi laju reaksi, masalah yang dipilih untuk dipecahkan, pemecahan masalah dan bagaimana jika dihadapkan dengan fenomena yang bertolak belakang, melalui pengumpulan data yang relevan dan sistematis dan beranalogi sehingga lebih mudah dimengerti

Menyusun laporan hasil diskusi mulai dari masalah berdasarkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi laju reaksi, masalah yang ingin dipecahkan, pemecahan masalah dan bagaimana jika dihadapkan dengan fenomena yang bertolak belakang didukung video/data spesifik dan relevan
·  Bekerja sistematis dan sesuai dengan prosedur standar
·  Berargumen berdasarkan logika yang konsisten
Mendorong siswa untuk saling berargumentasi mengenai hasil dari penampilan karya/laporan baik perkelompok maupun individual (tentunya argumen yang berlandaskan literatur)
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik
·  Bersikap dan berpikir terbuka
·  Berargumen didukung oleh sumber yang relevan dan kredibel
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah



Pada langkah ini dimodifikasi sedemikian rupa sehingga siswa agar ssiwa dapat memiliki kesempatan untuk berargumen sesuai dengan persepsinya, menyimpulakn secara keseluruhan hasil pembelajaran, bias dan miskonsepsi yang muncul selama belajar dapat diluruskan bukan oleh guru tetapi bersama-sama (guru-siswa).selain itu pemberian soal essay dapat memperkuat pemahaman siswa tentang materi lebih kuat dan dalam lagi, sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa akan tertanam dalam jangka panjang


Dengan dilakukannya modifikasi ini diharapkan kemampuan siswa dalam berargumentasi dari berbagai sudut pandang yang relevan berdasarkan bukti dapat meningkat dibanding sebelumnnya


Membantu siswa untuk melakukan refleksi/ evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan


Memberikan siswa kesempatan individual maupun perkelompok untuk memberikan persepsinya mengenai masalah-masalah yang dibahas
·  Berpersepsi berdasarkan berbagai sudut pandang berbeda
·  Berargumen berdasarkan logikan yang konsisten
·  Bersikap dan berpikir terbuka

Menginstruksikan siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran secara keseluruhan apa yang telah dibahas di depan kelas
·  Menyimpulkan berdasarkan logika yang konsisten, bukti yang kredibel dan relevan
Meluruskan miskonsepsi yang muncul secara bersama-sama
Memberikan soal latihan esay berupa permasalahan yang dapat mengasah kemampuan bernalar dan solving problem  siswa
·  Bersikap dan berpikir terbuka


REFERENSI :

PERTANYAAN:
1.       Menurut anda, manakah yang lebih cocok hasil  inovasi CTL ataukah inovasi PBL yang saya buat dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi? Berikan alasan
2.       Menurut anda, apakah model pembelajaran PBL ini hanya cocok diterapkan apabila guru ingin meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa saja ataukah dapat meningkatkan kemampuan siswa lainnya? Berikan pandangan anda beserta alasan
3.       Dari hasil modifikasi yang saya lakukan pada model PBL, menurut anda apa yang masih menjadi kelemahannya, dan apa solusi yang bisa anda berikan untuk mengatasi hal tersebut?

Comments

  1. baiklah saya ingin mencoba berpendapat mengenai pertanyaan kaka tentang "Menurut anda, apakah model pembelajaran PBL ini hanya cocok diterapkan apabila guru ingin meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa saja ataukah dapat meningkatkan kemampuan siswa lainnya? Berikan pandangan anda beserta alasan"
    tentusaja bukan hanya meningkatkan keterampilan berpikir kritis, tetapi juga bisa melahirkan keterampilan lainnya karena dengan permasalahan yang diberikan juga dapat menimbulkan kreatifitas seseorang, dan lain sebagainya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya setuju dengan pendapat sugeng bahwa model PBL ini dapat menimbulkan kemampuan berpikir kritis siswa dan juga dapat menimbulkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

      Delete
  2. dan menurut saya, dalam materi yg sama dan karakteristik siswa yg sama model PBL akan lebih efektif, karna melibatkan siswa kedalam masalah yang nyata dan ada dalam kehidupan sehari" siswa menurut saya, model berbasis masalah ini dapat mwningkatkan kemampuan siswa yang lain seperti berpikir kreatif, literasi sains, kemampuan berargumentasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya sependapat dengan kak rina menurut saya dalam materi yg sama dan karakteristik siswa yg sama model PBL akan lebih efektif karena pada model ini ditekankan pemecahan masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga dengan pemecahan masalah ini dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

      Delete
    2. terimakasih atas komentar fira dan fira, namun disini kan kedua model CTL dan PBL masalah yang diangkat sama-sama dari fenomena yang ada dilingkungan dan kehidupan sehari-hari, jadi apa yang membuat rina dan firaberpendapat PBL akan lebih efektif?

      Delete
  3. menurut saya model ini bisa memberikan kemampuan selain berpikir kritis yaitu berpikir kreatif. karena dalam pemecahan masalah diperlukan berpikir kritis dan kreatif

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya sependapat dengan tri bahwa model ini bisa memberikan kemampuan selain berpikir kritis yaitu berpikir kreatif bagi siswa karena dalam pemecahan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

      Delete
  4. Menrut saya model PBL ini bisa banyak menimbulkan keterampilan dalam berpikir yaitu berpikir kritis. Namun di PBL ini siswa jg bisa mengembangkan kemampuan dia dalam berliterasi dan kemampuan dalam pemecahan masalah dan juga keterampilan proses sains. Sehingga siswa aktif dan mempunyai jiwa kompetitiff.

    ReplyDelete
  5. menurut saya untuk model CTL dan PBL semuanya cocok, hanya saja tergantung kepada tujuan pembelajaran yang diinginkan si guru. jika ingin pembelajaran dengan tujuan menanamkan konsep maka bagusnya model CTL, jika ingin pembelajaran dengan tujuan siswa dapat menyelesaikan teka-teki yang kita rancang maka bagusnya model PBL.

    ReplyDelete
  6. Menurut saya model ini sudah cukup untuk berpikir kritis, dan dapat mengacu ke berpikir kreatif,, tapi alangkah baiknya jika di sertai dengan Ekperimen sederhana yang sesuai dengan fenomena kehidupan sehari-hari dan juga dapat di sertakan LKPD dan juga siswa menyimpulkan sendiri dengan bahasanya sendiri

    ReplyDelete
  7. Menurut anda, apakah model pembelajaran PBL ini hanya cocok diterapkan apabila guru ingin meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa saja ataukah dapat meningkatkan kemampuan siswa lainnya? Berikan pandangan anda beserta alasan. Menurut saya model ini sudah cukup untuk berpikir kritis. karena pada tahapannya sudah menunjukkan dan memasukkan kriterian berfikir kritis. namun alangkah baiknya ditambahkan praktikum, kalaupun tidak bisa praktikum, paling tidak bisa dengan demonstrasi.

    ReplyDelete
  8. sependapat dengan kak melda, bahwa setiap model itu dapat saja meningkatkan kemampuan berpikir siswa apapun itu seperti yang telah disebutkan kak melda namun disini tergantung lagi dari guru nya dalam membawakan sebuah model tersebut

    ReplyDelete
  9. terimakasih atas pendapat melda dan rini, saya sependapat jika memang tidak selalu model PBL dapat meningjatkan kemampuan berpikir kritis saja namun juga bisa kemampuan berpikir lainnya tergantung lagi dari guru nya dalam membawakan sebuah model tersebut.
    menurut rini dan melda fase apa yang harus saya tekankan sehingga tidak hanya kemampuan berpikir kritis saja yang berkembang tetapi kemampuan yang liannya juga?

    ReplyDelete
  10. Menurut saya, yang cocok untuk materi faktor laju reaksi adalah PBL. Karena dengan mengamati percobaan secara langsung selain meningkatkan berfikir kritis siswa juga dapat meningkatkan pemahaman siswa

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts