MATERI 3 : HOW TO ASSESS HIGHER-ORDER THINKING SKILLS


HOW TO ASSESS HIGHER ORDER THINKING SKILLS

HOTS
Berpikir merupakan aktivitas mental yang terjadi apabila seseorang menghadapi masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Kegiatan berpikir dapat diklasifikasikan menjadi berpikir tingkat rendah (lower order thinking) dan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Menurut Heong, et. al (2011) kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai penggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi yang baru. Woolfolk (2008), menyatakan peserta didik yang memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi mampu membedakan antara fakta dan opini, mengidentifikasi informasi yang relevan, memecahkan masalah, dan mampu menyimpulkan informasi yang telah dianalisisnya.
Proses berpikir tingkat tinggi terkait dengan tiga asumsi tentang pemikiran dan pembelajaran. Pertama, tingkat pemikiran tidak dapat dilepaskan dari tingkat pembelajaran bahkan saling tergantung. Kedua, berpikir terkait dengan konten materi pelajaran dalam kehidupan nyata yang akan membantu mempelajari keterampilan berpikir tingkat tinggi. Ketiga, pemikiran tingkat tinggi melibatkan berbagai proses berpikir yang diterapkan pada situasi yang kompleks dan memiliki banyak variabel (King, et. al. - ).
Berpikir tingkat tinggi melibatkan kerja mental besar-besaran yang diperlukan dalam elaborasi dan pemberian pertimbangan. Sementara Sudiarta (2006) menjelaskan keterkaitan berpikir tingkat tinggi dengan hal-hal sebagai berikut: (1) kemampuan menyelesaikan masalah-masalah baru yang non-rutin dan tak terduga, (2) kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas analisis, sintesis, evaluasi secara sistematis, (c) kemampuan melakukan berbagai prediksi yang bermanfaat terhadap fenomena alam dan kehidupan secara orisinil, kritis, dan kreatif.
Limbach & Wendy (2009), mengidentifikasi lima langkah proses pengembangan ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang dapat diimplementasikan hampir semua lingkungan pembelajaran peserta didik aktif. Lima langkah tersebut adalah:
(1) menetapkan rumusan pembelajaran yang mempercepat peserta didik ke tingkat yang lebih tinggi,
(2) mengajukan pertanyaan. Tingkat pemikiran siswa berbanding lurus dengan tingkat pertanyaan yang diajukan,
(3) praktik sebelum penilaian. Memilih kegiatan belajar yang memungkinkan peserta didik untuk berlatih akan mendorong mereka berpikir kritis,
(4) melakukan review, menyaring, dan memperbaiki pembelajaran, dan
 (5) memberikan umpan balik dan penilaian pembelajaran.

PENILAIAN HOTS

HOTS atau higher order thinking skill adalah proses berpikir tingkat tinggi. Dalam taksonomi bloom yang direvisi Anderson menduduki level C4, C5 dan C6, analisis, evaluasi. dan kreasi. HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Guru dituntut untuk melakukan proses pembelajaran yang HOTS sehingga muaranya peserta didik mampu menyelesaikan soal HOTS. Soal HOTS harus mampu mengukur transfer  of knowledge, Problem solving dan Critical thinking. Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir yang tidak sekadar mengingat (remember), memahami (undestand), atau menerapkan (apply).
Dalam menulis soal untuk pengembangan higher order thinking skill (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi terlebih dahulu kita harus mengetahui bahwa berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi. Caranya adalah seperti berikut ini.
1. Materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman, penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan).
2. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus).
Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut penalaran tinggi, maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan.

Langkah-Langkah Menyusun Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, guru dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.
Berikut langkah-langkahnya:
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual.
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya.
Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relative sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.

Ada 11 kemampuan berpikir kritis yang dapat dijadikan dasar dalam menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi.
a.       Menfokuskan pada pertanyaan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah/problem, aturan, kartun, atau eksperimen dan hasilnya, peserta didik dapat menentukan masalah utama, kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran argumen atau kesimpulan.
b.   Menganalisis argumen
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua argumentasi, peserta didik dapat: (1) menyimpulkan argumentasi secara cepat, (2) memberikan alasan yang mendukung argumen yang disajikan, (3) memberikan alasan tidak mendukung argumen yang disajikan.
c.       Mempertimbangkan yang dapat dipercaya
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau eksperimen dan interpretasinya, peserta didik menentukan bagian yang dapat dipertimbangan untuk dapat dipercaya (atau tidak dapat dipercaya), serta memberikan alasannya.
d.      Mempertimbangkan laporan observasi
Contoh indikator soalnya: Disajikan deskripsi  konteks, laporan observasi, atau laporan observer/reporter, peserta didik dapat mempercayai atau tidak terhadap laporan itu dan memberikan alasannya.
e.       Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta didik adalah benar dan pilihannya terdiri dari: (1) satu kesimpulan yang benar dan logis, (2) dua atau lebih kesimpulan yang benar dan logis, peserta didik dapat membandingkan kesimpulan yang sesuai dengan pernyataan yang disajikan atau kesimpulan yang harus diikuti.
f.       Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan kepada peserta didik adalah benar dan satu kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan kesimpulan yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan alasannya.
g.      Mempertimbangkan kemampuan induksi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data, dan beberapa kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan sebuah kesimpulan yang tepat dan memberikan alasannya.
h.      Menilai
Contoh indikatornya: Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan masalah, dan kemungkinan penyelesaian masalahnya, peserta didik dapat menentukan: (1) solusi yang positif dan negatif, (2) solusi mana yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang disajikan, dan dapat memberikan alasannya.
i.        Mendefinisikan Konsep
Contoh indikator soal: Disajikan pernyataan situasi dan argumentasi/naskah, peserta didik dapat mendefinisikan konsep yang dinyatakan.
j.        Mendefinisikan asumsi
Contoh indikator soal Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan yang implisit di dalam asumsi, peserta didik dapat menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai dengan asumsi.
k.      Mendeskripsikan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan, iklan, segmen dari video klip, peserta didik dapat mendeskripsikan pernyataan yang dihilangkan (Dadan Rosana, 2014: 394-400).

Jadi pada hakikatnya ada banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam melatih dan menilai HOTS siswa misalnya melalui tes kognitif menggunakan soal pilihan ganda, essay terstruktur, dan lain sebagainya tergantung kepada seberapa kreatif guru dan seberapa dalam HOTS yang ingin digali dan dilatih-kembangkan oleh guru. Namun perlu digaris bawahi bahwa dalam penyusunan soal/ instrumen penilaian HOTS setidaknya mencakup aspek-aspek yang telah disebutkan diatas.
CONTOH SOAL HOTS
Berikut adalah 2 contoh soal essay pada materi laju reaksi yang dapat digunakan untuk menilai HOTs siswa :

No
Indikator
Butir Soal
Jenjang
kognitif
Jenis
Pengetahuan
Kriteria skor
1
Menentukan orde dari suatu reaksi dan persamaan laju reaksinya
Gas nitrogen oksida dan gas bromida bereaksi meneurut persamaan:
2NO (g) + Br2→2NOBr (g)

Berdasarkan hasil percobaan penentuan laju reaksi diperloh data sebagai berikut:
No
Konsentrasi awal (M)
Laju reaksi
(M/s)
NO
Br2
1
0.1
0.05
6
2
0.1
0.1
12
3
0.1
0.2
24
4
0.2
0.05
24
5
0.3
0.05
54

a.       Tentukan orde reaksi terhadap NO
b.      Tentukan orde reaksi terhadap Br2
c.       Tentukan orde reaksi totalnya
d.      Tentukan persamaan laju reaksinya










C3










Konseptual
a.       Orde reaksi terhadap NO (percobaan 1 dan 4)
2X= 4
 x= 2
(skor: 5)

b.      Orde reaksi terhadap Br2 
2y= 2
 y= 1
(skor: 5)

c.       Orde reaksi total= 2+1= 3   
(skor: 3)

d.      Persamaan laju reaksi: v= k [NO]2 [Br]
(skor: 2)

2
Menentukan prosedur percobaan yang mudah dilakukan serta mendukung kimia hijau dan memperkirakan reaksi yang berlangsung lebih cepat dari kedua prosedur tersebut
Terdapat 2 alternatif prosedur percobaan yang diajukan oleh pak guru dalam percobaan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi, yaitu:
Percobaan 1: menggunakan bongkahan pualam (CaCO3) dan larutan HCl
Percobaan 2: menggunakan serbuk tablet redoxon dan air

A.      Bandingkan kedua alternatif prosedur percobaan tersebut ditinjau dari kemudahan melakukan percobaan ditinjau dari bahan yang digunakan dan aspek kimia hijau (terkait limbah berbahaya yang dihasilkan).
B.      Perkirakan laju reaksi dari prosedur manakah yang berlangsung lebih cepat? mengapa demikian?

C5
Prosedural
A.      Perbandingan prosedur percobaan 1 dan 2 (skor 15)

Prosedur 1
Prosedur 2
Kemudahan melakukan percobaan
Agak sulit dalam mendapatkan bahan sehingga prosedur 1 lebih banyak dilakukan dalam laboratorium
Mudah dalam mendapatkan bahan sehingga dapat dilakukan kapan saja di rumah tidak harus saat berada di laboratorium
Aspek kimia hijau
Menghasilkan limbah yang berbahaya terhadap lingkungan sekitar
Tidak menghasilkan limbah yang berbahaya terhadap lingkungan
 
B.      Prosedur 2 akan menghasilkan data dengan laju reaksi yang lebih cepat bila dibandingkan dengan prosedur 1. Hal ini karena luas permukaan bidang sentuh bentuk serbuk lebih banyak dibandingkan dengan bentuk bongkahan sehingga tumbukan efektif antar partikel akan lebih sering terjadi dan cepat menghasilkan produk reaksi. (skor 10)
3
Merancang percobaan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Suatu hari Ani membantu ibu membuat kue dan tidak sengaja Ani menjatuhkan soda kue ke dalam air yang berisi cuka dan timbulah gelembung gas pada campuran tersebut. Ani sangat penasaran dengan apa yang terjadi, kemudian ia mencobanya lagi sebanyak dua kali.
Perc. Ke-
Cuka
Air
Soda kue
I
8 sdm
150 mL
1 sdt
II
6 sdm
150 mL
1 sdt

Kedua percobaan menunjukkan waktu reaksi yang berbeda, sayangnya Ani lupa mencatatnya. Ani pun bermaksud mencoba kembali percobaan tersebut. Bantulah Ani dalam merancang percobaan.
a.       Bahan apa saja yang akan kamu pilih untuk percobaan yang akan dilakukan. Tentukan pula jumlahnya
b.       Jika disediakan alat berikut:
-          Gelas plastik
-          Tabung reaksi
-          Gelas ukur
-          Sendok makan
-          Sendok teh
-          Rak tabung reaksi
-          Pipet tetes
-          Pisau
-          Stopwatch
-          Label
-          Sarung tangan
Alat apa saja yang akan kamu pilih untuk percobaan yang akan dilakukan?Tentukan pula jumlahnya. 
c.       Rancanglah prosedur percobaan yang akan kamu lakukan.









C6






Prosedural
Bahan:
Cuka
300 mL
Soda kue
2 sdt
Cuka
14 sdm

(skor: 5)
Alat:
Gelas plastik
2 buah
Gelas ukur
1 buah
Sendok makan
1 buah
Sendok teh
1 buah
Label
2 buah
Stopwatch
1 buah

(skor: 10)
Prosedur percobaan:
1.       Siapkan 2 gelas plastik
2.       Labeli kedua gelas tersebut (Gelas pertama: cuka 6 sdm dan gelas kedua: cuka 8 sdm)
3.       Masukkan 150  mL air ke dalam masing-masing gelas
4.       Masukkan 6 sdm cuka pada gelas pertama dan 8sdm cuka pada gelas kedua
5.       Masukkan 1 sdt soda kue ke dalam masing-masing gelas
6.       Catat masing-masing waktu yang dibutuhkan soda kue untuk habis bereaksi pada kedua gelas tersebut
(skor: 15)
REFERENSI :

MASALAH :
1.       Menurut anda, bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi?
2.       Menurut anda, bagaimana cara agar rubrik yang disusun sesuai/relevan antara skor dan deskripsi kriteria skor untuk meminimalisir tingkat bias/rancu atas hasil penilaian?
3.       HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb? Jelaskan alasan anda.


Comments

  1. Dalam pengembangan rubrik, perlu diperhatikan beberapa langkah. Donna Szpyrka dan Ellyn B. Smith (1995) menyebutkan bahwa langkah-langkah pengembangan rubric adalah sebagai berikut :
    ü Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diasesmen.
    ü Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutankonsep atau keterampilan yang akan diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.
    ü Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus diasesmen.
    ü Menentukan skala yang akan diasesmen.
    ü Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep atau keterampilan kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberikan angka pada setiap gradasi atau member deskripsi gradasi.
    ü Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan rubric yang telah dikembangkan.
    ü Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja dari uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan keterampilan yang akan diasesmen.
    ü Memmikirkan kembali tentang skala yang digunakan.
    ü Merevisi skala yang digunakan.

    ReplyDelete
  2. HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb? Jelaskan alasan anda.
    saya tidak setuju, karena pada dasarnya mau di lingkungan apa pun jika seorang anak itu peka terhdap lingkungan dan mencari solusi atas permasalahan trsebut maka anak tersebut sdh menggunakan cara berpikir HOTS

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih atas tanggapan tri, tapi menurut saya HOTS itukan guru yang bisa membantu melatihnya mengingat guru yang paling sering berinteraksi dengan siswa dan mengamati secara langsung proses berpikir siswa. nah bagaimana menurut tri? karena di lingkungan kita lihat siswa tidak semuanya langsung peka dan secara spontan ber-HOTS?

      Delete
    2. dilingkungan yang bagimanapun siswa bisa berfikir dengan HOTS. tergantung bagaimana guru disekolah membiasakan siswa belajar dengan berfikir HOTS

      Delete
  3. untuk menjawab permasalahan bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi? Menurut saya dengan cara memahami terlebih dahulu tentang HOTS dan cara penerapannya. selanjutnya dalam penerapannya harulah bertahap dengan memberikan masalah-masalah atau soal-soal yang berbasis kontekstual atau nyata sehingga nantinya siswa akan terbiasa mengerjakan soal/ permasalahan berbasis HOTS . penerapan ini haruslah dilakukan secara berulang agar siswa terbiasa dalam pembelajaran menggunkan HOTS ini dan dapat meningkatkan kemampuannya.

    ReplyDelete
  4. menjawab pertanyaan pertama, guru harus sering melatih kan siswa pada masalah" yang memiliki tingkat penjabaran yang agak rumit. sehingga masalah" yang disajikan baik daLam bentuk soal maupun video, demonstrasi, dll bisa membentuk pribadi siswa yang memiliki HOTS.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sya sependapat dengan saudari rina,
      Menurut anda, bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi?
      guru harus sering melatih kan siswa pada masalah-masalah yang memiliki tingkat penjabaran yang agak rumit. sehingga masalah masalah yang disajikan baik daLam bentuk soal maupun video, demonstrasi, dll bisa membentuk pribadi siswa yang memiliki HOTS.
      Pemberian permasalahan dapat melatih keterampilan siswa jika ini dilakukan bertahap dengan demikian siswa terlatih berpikir hingga ketingkat yg lebih tinggi.

      Delete
    2. Menurut anda, bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi?
      Saya setuju dengan Rina dan Sugeng, dalam mewujudkan agar siswa memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi ialah dengan membiasakan melatihkan HOTS tersebut kepada siswa. Lebih baiknya dengan hal yang dekat dahulu dari kehidupan siswa. Tentang kehidupan sehari-harinya.

      Delete
  5. HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb? Jelaskan alasan anda.

    Jika hanya bisa, maka saya tidak setuju karena masing-masing kita sebenarnya telah memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, menganalisis dan kreatif memecahkan masalah sudah termasuk berpikir tingkat tinggi. Namun jika pernyataannya HOTS bisa dilatih di sekolah maka saya setuju, karena yang namanya kemampuan jika dilatih maka pasti akan menjaid lebih baik apalagi dnegan pembiasaan disekolah.

    ReplyDelete
  6. saya akan menjawab pertanyaan kk rini :
    bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi?

    Menurut pendapat saya siswa memahami terlebih dahulu tentang HOTS dan cara penerapannya. Penerapan ini haruslah dilakukan secara berulang agar siswa terbiasa dalam pembelajaran menggunakan HOTS ini dan dapat meningkatkan kemampuannya dan sering melatih kan siswa pada masalah-masalah yang memiliki tingkat penjabaran yang rumit sehingga siswa bisa melatih kemampuannya dengan berbagai sumber lain untuk membantu proses belajarnya sehingga dari yang tidak paham menjadi paham.

    ReplyDelete
  7. HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb? Jelaskan alasan anda.


    Menurut saya hots tidak mesti di asah dlm pembelajaran di sekolah karena dalam kegiatan sehari-hari pun kita dapat berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan suatu masalah.

    ReplyDelete
  8. Menanggapi pertanyaan pertama tentang bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi. Untuk menyikapi hal tersebut dibutuhkan terampilan dan kepiawaian guru dalam menyajikan materi pembelajaran sesuai tuntutan kompetensi dasar dan memberikan pengenalan soal-soal HOTS sebagai latihan secara bertahap serta menyesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa.

    ReplyDelete
  9. Menjawab permasalahan bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi? Menurut saya dengan cara memahami terlebih dahulu tentang HOTS dan cara penerapannya. selanjutnya dalam penerapannya harulah bertahap dengan memberikan masalah-masalah atau soal-soal yang berbasis kontekstual atau nyata sehingga nantinya siswa akan terbiasa mengerjakan soal/ permasalahan berbasis HOTS . penerapan ini haruslah dilakukan secara berulang agar siswa terbiasa dalam pembelajaran menggunkan HOTS ini dan dapat meningkatkan kemampuannya.

    ReplyDelete
  10. HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb? Jelaskan alasan anda
    saya tidak setuju dengan pernyataan bahwa HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, karena ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. jadi menurut saya pengalaman siswa tidak hanya disekolah saja namun masih banyak lingkungan lainnya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts