MATERI 4 : SCIENCE PROCESS SKILLS ASSESSMENT IN CHEMISTRY EDUCATION
SCIENCE PROCESS SKILLS ASSESSMENT IN CHEMISTRY EDUCATION
SCIENCE PROCESS SKILLS (KEMAMPUAN PROSES SAINS/ KPS)
Menurut Syamsuar Mochtar dalam A.
Samana, keterampilan proses sains adalah cara memandang siswa serta kegiatannya
sebagai manusia seutuhnya,yang diterjemahkan dalam kegiatan belajar mengajar
yang memperhatikan perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan,
dan keterampilan sebagai kesatuan (baik sebagai tujuan maupun sekaligus bentuk
pelatihannya), yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut
tampak dalam bentuk kreativitas.
Menurut Zulfiani dkk,
“keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa
dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan”. Dalam hal ini, beberapa alasan
keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah ialah:
·
Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan.
·
Memberi bekal siswa untuk membentuk konsep
sendiri dan cara bagaimana mempelajari sesuatu
·
Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri.
·
Sangat membantu siswa yang masih berada pada
taraf perkembangan berpikir konkret.
·
Mengembangkan kreativitas siswa.
Dalam setiap konsep yang diterapkan ,
keseluruhan konsep tersebut sudah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini pun keterampilan proses sains memiliki beberapa tujuan. Menurut
Syamsuar Mochtar dalam A. Samana tujuan dari keterampilan proses sains adalah
sebagai berikut:
·
Membina motivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar.
·
Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian
siswa untuk mencari jawabannya.
·
Membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya
(termasuk kegiatan penelitiannya); dan
·
Membimbing siswa dalam menafsirkan data hasil penelitiannya
serta melaporkan hasil kerjanya (baik lisan maupun tertulis).
Keterampilan proses sains dapat dikatakan sebagai kompetensi yang
bersifat generik. Keterampilan proses sains memiliki peran yang sangat penting
dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini, kemampuan keterampilan proses sains dapat mempengaruhi
perkembangan pengetahuan siswa. Membiasakan siswa belajar melalui proses kerja
ilmiah, selain dapat melatih detail keterampilan ilmiah dan kerja sistematis,
dapat pula membentuk pola berpikir siswa secara ilmiah. Dengan demikian,
pengembangan keterampilan proses sains dapat berimplikasi pada pengembangan
kemampuan berpikir siswa (high order of thinking).
Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran sains pun harus dirancang
sebagaimana desain tiga dimensi sains yaitu konten/produk pengetahuan, proses
ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal ini, pembelajaran sains haruslah
mengintegrasikan antara pembelajaran keterampilan kerja ilmiah sebagai proses
penemuan dan pembentukan pengetahuan, pembelajaran konsep dasar pengetahuan
sains sebagai konten/produk sains, dan pembelajaran sikap ilmiah. Oleh karena
pembentukan pengetahuan sains diawali dari proses yang ilmiah, maka
pembelajaran sains pun harus diletakkan dan ditekankan lebih awal pada
kemampuan keterampilan proses sains siswa. Dengan demikian, perkembangan
kemampuan keterampilan proses siswa memiliki peran yang sama penting dan
terintegrasi dengan penguasaan pengetahuan sains dan sikap ilmiah.
Menurut Rezba (1999), pengajaran dan pengukuran keterampilan proses
dapat dilakukan pada seluruh tingkatan kelas. Perbedaan materi dan tingkat
kerumitan, metode dan sistem pengukuran dapat disesuaikan sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa. Kemampuan siswa menggunakan proses sains akan berkembang
seiring dengan berkembangnya pengalaman belajar dan tingkatan kelas atau
tingkat kognitif siswa secara biopsikologis. Penilaian terhadap kemampuan
keterampilan proses sains, dapat memberikan infromasi data status pencapaian
keterampilan siswa. Hasil tersebut, dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan
keterampilan proses selanjutnya serta instrument refleksi terhadap perencanaan
dan proses pembelajaran. Dengan demikian, pentingnya keterampilan proses sains
merupakan dasar dalam pembentukan pengetahuan sains bagi siswa dan akan
digunakan siswa dalam setiap sisi kehidupannya di masa depan.
Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan keterampilan proses
sains sebagai berikut:
- Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh semua saintis, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.
- Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari oleh siswa.
- Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.
Gagne (dalam Purwandono, 2000:21) mendeskripsikan keterampilan proses
sains sebagai berikut:
- Keterampilan proses sains merupakan keterampilan khas yang digunakan oleh semua saintis, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena.
- Setiap keterampilan proses sains merupakan sains tingkah laku ilmuwan yang dapat dipelajari oleh siswa.
- Keterampilan proses dapat ditransfer antara isi pelajaran-pelajaran dan memberi sumbangan pada pikiran rasional dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam keterampilan proses terdapat tiga komponen yang perlu
dikembangkan, yaitu: 1) kemampuan menggunakan pikiran (keterampilan
intelektual), 2) kemampuan nalar, 3) perbuatan efisien dan efektif untuk
mencapai hasil tertentu termasuk kreativitas. Komponen keterampilan intelektual
dalam keterampilan proses sains terjadi sebagai hasil proses tranformasi atau
informasi yang diterima otak. Menurut Rustaman (2005:78) keterampilan proses
meliputi: 1) keterampilan melakukan pengamatan (observasi), 2) mengelompokkan
(klasifikasi), 3) menafsirkan pengamatan (interpretasi), 4) meramalkan
(prediksi), 5) sains mengajukan pertanyaan, 6) berhipotesis, 7) merencanakan
percobaan atau penyelidikan, 8) menggunakan alat dan bahan , 9) menerapkan
konsep atau prinsip, 10) berkomunikasi.
INDIKATOR KPS
Berikut tahapan serta indikator KPS :
No.
|
Keterampilan Proses Sains
|
Indikator
|
1.
|
Mengamati
|
a.
Menggunakan sebanyak mungkin indera
b.
Menggunakan
atau mengumpulkan fakta relevan
|
2.
|
Klasifikasi
|
a.
Mencatat
setiap pengamatan secara terpisah
b.
Mencari
perbedaan atau persamaan
c.
Mengkontraskan
cirri-ciri
d.
Membandingkan
e.
Mencari
dasar pengelompokan atau penggolongan
f.
Menghubugkan hasil-hasil pengamatan
|
3.
|
Interpretasi
|
a.
Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
b.
Menemukan
suatu pola dalam satu seri pengamatan
c.
Menarik
kesimpulan
|
4.
|
Prediksi
|
a.
Menggunakan pola-pola/ hasil pengamatan
b.
Mengemukakan
apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati
|
5.
|
Mengajukan
Pertanyaan
|
a.
Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
b.
Bertanya
untuk meminta penjelasan
c.
Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis
|
6.
|
Berhipotesis
|
a.
Mengetahui
bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian
b.
Menyadari
bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti
|
CARA PENILAIAN KPS SISWA
Pada rubrik penilaian ini yang
dilakukan siswa yakni praktikum pada materi faktor yang mempengaruhi laju
reaksi mulai dari luas permukaan, suhu, konsentrasi, serta katalis. Berikut rubriknya:
No.
|
Mengajukan Pertanyaan
|
Aspek-Aspek Penilaian
|
Skala Penilaian
|
1.
|
Mengajukan pertanyaan
|
Bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan praktikum
|
0. Siswa tidak bertanya
1. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan
2. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan, serta prosedur
3. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan, prosedur, hal-hal yang diamati
4. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan, prosedur, hal-hal yang
diamati dan analisa
data
|
2.
|
Menyusun hipotesis
|
Membuat penjelasan atau
kesimpulan sementara mengenai kegiatan praktikum yang dilakukan
|
0. Siswa tidak menyusun hipotesis
1. Siswa tidak menyusun hipotesis namun menjelaskan apa yang akan di
lakukan
2. Siswa menyusun hipotesis tanpa mampu untuk menjelaskan
3. Siswa menyusun hipotesis dengan penjelasan kurang tepat
4. Siswa menyusun hipotesis dengan penjelasan yang tepat
|
3.
|
Merencanakan percobaan
|
Menentukan dan mengambil
alat dan bahan praktikum
|
0. Siswa tidak menentukan dan
mengambil 2 alat dan 2 bahan yang
Diperlukan
1. Siswa tidak menentukan dan mengambil 4 alat dan 2 bahan yang diperlukan
2. Siswa tidak menentukan dan mengambil 8 alat dan 4 bahan yang
diperlukan
3. Siswa menentukan dan mengambil 8 alat dan 4 bahan yang diperlukan
4. Siswa menentukan dan mengambil semua alat dan bahan yang
diperlukan dengan tepat
|
4.
|
Menggunakan alat dan bahan
|
Menggunakan alat ukur yang tepat
dalam mengambil larutan dengan volum tertentu
|
0. Siswa langsung menuang larutan ke dalam gelas kimia
1. Siswa menggunakan gelas kimia untuk mengambil larutan dan memindahkan
larutan
2. Siswa menggunakan gelas kimia dan
pipet tetes untuk mengambil larutan dan memindahkan
larutan
3. Siswa menggunakan gelas ukur dan pipet tetes untuk mengambil larutan
dan memindahkan larutan
4. Siswa menggunakan pipet volum dengam bulp untuk mengambil larutan dan
memindahkan larutan
|
Menggunakan neraca untuk
menimbang zat dengan baik dan benar
|
0. Siswa tidak mengkalibrasi neraca
1. Siswa mengkalibrasi neraca namun
tidak menggunakan kaca arloji atau
wadah untuk menimbang
2. Siswa mengkalibrasi neraca, menimbang
kaca arloji, rapi dalam menimbang tapi menggunakan tangan untuk mengeser tangan neraca
3. Siswa mengkalibrasi neraca, menimbang kaca arloji, menggunakan alat bantu tapi tidak rapi dalam
menimbang zat
4. Siswa mengkalibrasi terlebih dahulu, menimbang keca arloji/wadah lain
dan menggunakan alat
bantu (spatula) untuk mengeser
tangan neraca, rapi dalam menimbang zat
|
||
Menggunakan termometer dengan baik dan benar
|
0. Siswa tidak menggunakan termometer
1. Siswa memegang badan termometer dan ujungnya menyentuh dinding gelas
kimia
2. Siswa memegang badan termometer
3. Siswa menggantung termometer dengan tali/karet
4. Siswa menggantung termometer dengan statif
|
||
5.
|
Observasi
|
Mengamati hasil reaksi pada faktor konsentrasi dengan
menggunakan indera yang tepat
|
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
1. Siswa mengamati reaksi yang terjadi
dengan penglihatan naun tidak
membandingkannya dengan tabung lain dan mencatatnya.
2. Siswa mengamati
reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, namun tidak membandingkan
dengan tabung lain dan mencatatnya.
3. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan
peraba, membandingkan dengan tabung lain dantidak mencatatnya.
4. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya.Siswa mengamati reaksi yang
terjadi dengan penglihatan dan peraba, membandingkan dengan tabung lain dan tidak mencatatnya.
|
Mengamati hasil reaksi pada faktor luas permukaan
dengan menggunakan indera yang tepat
|
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
1. Siswa mengamati reaksi yang terjadi
dengan penglihatan naun tidak
membandingkannya dengan tabung lain dan mencatatnya.
2. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
namun tidak membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya.
3. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan dengan tabung lain dan tidak mencatatnya.
4. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya.
|
||
Mengamati hasil reaksi pada faktor suhu
dengan menggunakan indera yang tepat
|
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
1. Siswa mengamati
reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas
dengan penglihatan dan peraba, namun salah mengukur
waktu dan tidak mencatatnya.
2. Siswa mengamati
reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas
dengan penglihatan dan peraba, mencatatnya namun salah
menetukan waktu reaksi.
3. Siswa
mengamati reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas dengan penglihatan dan
peraba menentukan waktu dengan benar namun tidak mencatatnya
4. Siswa mengamati reaksi yang
terjadi dan tanda x pada kertas dengan penglihatan dan peraba menentukan
waktu reaksi dengan tepat dan mencatatnya
|
||
Mengamati hasil reaksi pada faktor katalis
dengan menggunakan indera yang tepat
|
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
1. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan naun tidak
membandingkannya dengan tabung lain dan mencatatnya.
2. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
namun tidak membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya.
3. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan dengan tabung lain dan tidak mencatatnya.
4. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan
5. peraba, membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya.
|
||
6.
|
mengklasifikasikan
|
Mencatat setiap hasil pengamatan
|
0. Siswa tidak mencatat
1. Siswa mencatat praktikum yang
pertama
2. Siswa mencatat praktikum yang
pertama dan kedua
3. Siswa mencatat praktikum
pertama, kedua, ketiga
4. Siswa mencatat praktikum
pertama, kedua,ketiga dan ke empat
|
Membandingkan data dan hasil pengamatan
|
0. Siswa tidak membandingkan data
dengan kelompok lain
1. Siswa membandingkan data dengan
1 kelompok lain
2. Siswa membandingkan data dengan
2 kelompok lain
3. Siswa membandingkan data dengan
3 kelompok lain
4. Siswa membandingkan data dengan
semua kelompok lain
|
||
7
|
memprediksi
|
memprediksi waktu reaksi jika diberikan kondisi konsentrasi,
luas permukaan, suhu dan katalis yang berbeda
|
0. Siswa tidak mencatat seluruh
hasil pengamatan
1. Siswa tidak mencatat waktu
reaksi
2. Siswa tidak mencatat pengamatan
reaksi (awal dan akhir reaksi)
3. Siswa tidak membedakan hasil
reaksi dengan tabung yang lain
4. Siswa memcatat seluruh hasil
pengamatan
|
8
|
interpretasi
|
Menghubungkan hasil pengamatan yang didapatkan
|
0. Siswa tidak menghubungkan hasil
pengamatan
1. Siswa menghubungkan hasil
percobaan saja
2. Siswa menghubungkan
masing-masing hasil pengamatan saja
3. Siswa menghubungkan hasil
percobaan dengan data kelompok lain
4. Siswa menghubungkan hasil
pengamatan, dengan konsep materi dan hasil kelompok lain
|
Menyimpulkan berdasarkan data percobaan yang didapatkan
|
0. Siswa tidak menyimpulkan hasil
percobaan
1. Siswa menyimpulkan namun
kesimpulannya kurang tepat
2. Siswa menyimpulkan tanpa alasan
yang relevan
3. Siswa menyimpulkan dengan
alasan yang kurang jelas
4. Siswa menyimpulkan dengan
tepat, beserta alasan dan hasil pengamatan yang lengkap dan jelas
|
||
9.
|
Menerapkan konsep
|
Mensterilisasi alat-alat praktikum
|
0. Siswa tidak mensterilisasi alat
1. Siswa mencuci alat tanpa
mengeringkannya
2. Siswa mencuci alat dengan sabun
tanpa mengeringkan
3. Siswa mencuci alat tanpa
menggunakan sabun lalu mengeringkannya
4. Siswa mencuci alat dengan baik,
mengeringkannya dan menyusun kembali alat tsb
|
Menghitung laju reaksi pada faktor laju reaksi, luas
permukaan,suhu, konsentrasi, dan
katalis
|
0. Siswa tidak menghitung laju reaksi
1. Siswa mengetahui
konsep dan rumus laju reaksi,
namun siswa tidak menghitungnya.
2. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi dan menghitung dengan
benar namun kurang tepat dalam menentukan
waktu reaksi.
3. Siswa mengetahui
konsep dan rumus laju reaksi,
menentukan waktu reaksi dengan
tepat namun salah dalam perhitungan.
4. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat dan menghitung dengan benar
|
||
10
|
mengkomunikasikan
|
Membuat tabel pengamatan
|
0. Siswa tidak membuat tabel pengamatan
1. Siswa membuat tabel pengamatan tanpa menuliskan reaksi, waktu
reaksi, dan komponen zat yang tidak lengkap.
2. Siswa membuat tabel pengamatan tanpa konsentrasi larutan dan luas permukaan
3. Siswa membuat tabel pengamatan tanpa menuliskan reaksi
4. Siswa membuat tabel pengamatan dengan lengkap (gelas kimia 1-4, komponen zat dengan konsentrasinya, reaksi dan waktu reaksi)
|
Membuat grafik laju reaksi
|
0. Siswa tidak membuat grafik percobaan
1. Siswa membuat grafik percobaan benar, namun tidak lengkap dan tidak rapih
2. Siswa membuat grafik percobaan
benar, rapih namun tidak lengkap
3. Siswa membuat grafik percobaan lengkap dengan benar namun
rapih.
4. Siswa membuat grafik percobaan
dengan lengkap benar dan rapi
|
||
Membuat laporan
|
0. Siswa tidak membuat laporan sementara.
1. Siswa membuat laporan sementara namun tidak lengkap dan tidak
sistematis.
2. Siswa membuat laporan sementara dengan lengkap namun tidak sistematis.
3. Siswa membuat laporan sementara dengan sistematis namun tidak lengkap.
4. Siswa memb.uat laporan sementara dengan lengkap dan
sistematis
|
REFERENSI :
PERMASALAHAN:
1. Menurut
anda, tahapan mana dari KPS yang perlu dimaksimalkan dalam proses pembelajaran
agar KPS yang dimiliki siswa dapat optimal? Jelaskan beserta alasan.
2. Menurut
anda, cocoklah jika guru menggunakan model pembelajaran problem based learning
untuk melihat bagaimana KPS yang dimiliki siswa? Jelaskan beserta alasannya
jika setuju maupun tidak.
3. Menurut
anda, untuk menilai KPS yang dimiliki siswa haruskah kita sbg guru melaksanakan
pembelajaran berbasis laboratorium/praktikum? bisakah dengan proses
pembelajaran biasa? Jika bisa,Berikan penjelasan.
Menurut anda, tahapan mana dari KPS yang perlu dimaksimalkan dalam proses pembelajaran agar KPS yang dimiliki siswa dapat optimal? Jelaskan beserta alasan.
ReplyDeleteMenafsirkan pengamatan (a. Mencatat setiap pengamatan, b. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan, c. Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan, d. Menarik kesimpulan)
Berkomunikasi (a. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas, b. Menjelaskan hasil percobaan atau pengamatan, c. Mendiskusikan hasil percobaan, d. Menggambarkan data tabe grafik)
menurut saya bisa, jika itu masih KPS dasar maka bisa dilaksanakan di dalam pembelajaran biasa
ReplyDeletemenanggapi permasalahan tentang "Menurut anda, untuk menilai KPS yang dimiliki siswa haruskah kita sbg guru melaksanakan pembelajaran berbasis laboratorium/praktikum? bisakah dengan proses pembelajaran biasa? Jika bisa,Berikan penjelasan.
ReplyDeleteUntuk melaksanakan penilaian KPS yang dimiliki siswa tidak harus selalu melalui pembelajaran berbasis laboratorium/praktikum. Pada proses pembelajaran biasa pun juga dapat dilaksanakan. Karena pengertian penilaian keterampilan saat ini sudah cukup luas dan mampu menjadi tagihan penilaian psikomotorik , tinggal bagaimana kita menyususun indikator yang sesuai.
sependapat dengan kak nelly menanggapi permasalahan tentang "Menurut anda, untuk menilai KPS yang dimiliki siswa haruskah kita sbg guru melaksanakan pembelajaran berbasis laboratorium/praktikum? bisakah dengan proses pembelajaran biasa? Jika bisa,Berikan penjelasan. menurut saya juga untuk melaksanakan penilaian KPS yang dimiliki siswa tidak harus selalu melalui pembelajaran berbasis laboratorium/praktikum. Pada proses pembelajaran biasa pun juga dapat dilaksanakan. Karena pengertian penilaian keterampilan saat ini sudah cukup luas
DeleteMenurut anda, cocokah jika guru menggunakan model pembelajaran problem based learning untuk melihat bagaimana KPS yang dimiliki siswa? Jelaskan beserta alasannya jika setuju maupun tidak.
ReplyDeleteMenurut saya cocok apabila materinya juga cocok, karena PBL sintaksnya menemukan permasalahan dan menjawab permasalahan sedangkan keterampilan proses sains melihat keterampilan yang dimiliki siswa selama proses pembelajaran bagaimana cara siswa memecahkan permasalahan yang bersifat abstrak dan dikongkretkan. Namun apabila materi yang disajikan tidak bersifat eksperimen percuma juga mau mengukur KPS yang seperti apa .
saya sependapat dengan rifanny tentang kecocokan jika guru menggunakan model pembelajaran problem based learning untuk melihat bagaimana KPS yang dimiliki siswa? Jelaskan beserta alasannya jika setuju maupun tidak. pada sintaks PBL siswa mencari sendiri permasalahan dan memecahkan sendiri permasalahan nya. namun lebih baik siswa diajak ke metode eksperimen. agar keterampilannya dapat terasah.
DeleteMenurut anda, cocoklah jika guru menggunakan model pembelajaran problem based learning untuk melihat bagaimana KPS yang dimiliki siswa? Jelaskan beserta alasannya jika setuju maupun tidak.
ReplyDeletemenurut saya cocok, karna berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh purba F.J (2015) mengenai pengaruh model problem based learning (PBL) dengan pemahaman konsep awal terhadap keterampilan proses sains (kps) siswa SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model problem based learning (PBL) dengan pemahaman konsep awal tinggi berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa dengan perbedaan yang signifikan terhadap siswa dengan pemahaman konsep rendah pada materi Gelombang dan Bunyi. Dan pada kelompok konvensional tidak terlalu signifikan perbedaan antara kelompok pemahamn konsep rendah dan tinggi. Penerapan model PBL dapat lebih baik meningkatkan keterampilan proses sains siswa dari pada model konvensional dan termasuk dalam kategori sedang.
saya akan menjawab pertanyaan kk rini :
ReplyDeleteMenurut anda, cocokah jika guru menggunakan model pembelajaran problem based learning untuk melihat bagaimana KPS yang dimiliki siswa? Jelaskan beserta alasannya jika setuju maupun tidak.
Menurut pendapat saya cocok karena PBL sintaksnya menemukan permasalahan dan menjawab permasalahan sedangkan keterampilan proses sains melihat keterampilan yang dimiliki siswa selama proses pembelajaran .Syaratnya pembelajaran harus memenuhi sintak dari KPS. Jika KPS yang diajarkan sesuai sintak nya si model, walau dalam pembelajaran biasa maupun praktikum, sehingga siswa akan memiliki KPS dalam pembelajaran.
Menurut anda, tahapan mana dari KPS yang perlu dimaksimalkan dalam proses pembelajaran agar KPS yang dimiliki siswa dapat optimal? Jelaskan beserta alasan.
ReplyDeleteMenurut saya pada tahap yg pertama yaitu observasi karna tahap pertama merupakan kunci untuk mengikuti tahap tahap selanjutnya
Saya setuju dengan kk fanny. Bahwa model Pbl cocok jika pakai untuk mengukur KPS siswa. Karena dengan pbl siswa belajar dgn berbasis masalah dan siswa di minta untuk memecahkan permasalahan sehingga siswa menemukan jawaban dan membuat kesimpulan. Saat proses seperti itu maka KPS siswa muncul. Keterampilan proses sains akan tampak dari siswa yang kritis pada saat memecahkan masalah.
ReplyDeleteMenurut anda, tahapan mana dari KPS yang perlu dimaksimalkan dalam proses pembelajaran agar KPS yang dimiliki siswa dapat optimal? Jelaskan beserta alasan.
ReplyDeletemenurut saya semua perlu di maksimalkan karena dilihat dari komponen proses berpikir sains adalah satu kesatuan yang berjalan secara utuh dalam pembelajaran.
Menurut anda, untuk menilai KPS yang dimiliki siswa haruskah kita sbg guru melaksanakan pembelajaran berbasis laboratorium/praktikum? bisakah dengan proses pembelajaran biasa? Jika bisa,Berikan penjelasan.
ReplyDeleteMenurut saya tidak harus dengan berbasis praktikum. Bisa dengan pembelajaran biasa karena esensinya keterampilan proses sains tidak selalu praktikum yang pasti materi sains dan indikatorny bisa tercapai tanpa praktikum
Untuk melaksanakan penilaian KPS yang dimiliki siswa tidak harus selalu melalui pembelajaran berbasis laboratorium/praktikum. Pada proses pembelajaran biasa pun juga dapat dilaksanakan. Karena pengertian penilaian keterampilan saat ini sudah cukup luas dan mampu menjadi tagihan penilaian psikomotorik , tinggal bagaimana kita menyususun indikator yang sesuai.
Delete