MATERI 9 : TREND INTERNET OF THINGS (IOT) DALAM PEMBELAJARAN
IoT
atau Internet of Things menjadi wacana pelengkap kehidupan digital kita semua.
Mungkin tidak semua kita menyadarinya, tetapi IoT akan hadir. Contohnya
pengembangan driverless taxi ala Uber dan Telstra. Atau yang lebih personal
seperti alarm/sistem sekuriti untuk rumah kita . Walau saat ini banyak proses
trial dan error dengan perangkat dan sistem IoT.
Pengguna
internet yang sudah mencapai milyaran orang akan terus bertambah dengan adanya
sistem Internet of Things (IoT) dimana bukan hanya perangkat komunikasi dan
komputer saja yang terhubung ke internet akan tetapi segala perangkat
elektronik akan di kendalikan dengan internet atau melalui wi-fi. Tidak hanya
itu, seluruh barang fisik yang dipasang modul elektronik dengan fungsi
pengendalian yang terkoneksi dengan internet merupakan konsep Internet of
Things secara umum.
Things artinya segala, artinya
apapun yang terhubung ke internet termasuk dalam definisi internet of things
(IoT). Artinya semua barang fisik yang dapat di-monitor dan dikendalikan dari
jarak jauh menggunakan internet adalah IoT. Konsep IoT ini akan sangat
mendorong perkembangan big data dan penggunaan data center di Indonesia, oleh
karena itu pemerintah Republik Indonesia sudah merenanakan membangun pusat data
ter-sentralisasi.
Konsep
IoT ini sebetulnya cukup sederhana dengan cara kerja mengacu pada 3 elemen
utama pada arsitektur IoT, yakni: Barang Fisik yang dilengkapi modul IoT,
Perangkat Koneksi ke Internet seperti Modem dan Router Wirless Speedy seperti
di rumah anda, dan Cloud Data Center tempat untuk menyimpan aplikasi beserta
data base.
Seluruh
penggunaan barang yang terhubung ke internet akan menyimpan data, data tersebut
terkumpul sebagai ‘big data’ yang kemudian dapat di olah untuk di analisa baik
oleh pemerintah, perusahaan, maupun negara asing untuk kemudian di manfaatkan
bagi kepentingan masing-masing. Disinilah peran penting pemerintah Republik
Indonesia dalam menjaga ketahanan negara dari sisi sistem informasi.
Dengan
prinsip tujuan utama dari IoT sebagai sarana yang memudahkan untuk pengawasan
dan pengendalian barang fisik maka konsep IoT ini sangat memungkinkan untuk
digunakan hampir pada seluruh kegiatan sehari-hari, mulai dari penggunaan perorangan,
perkantoran, rumah sakit, pariwisat, industri, transportasi, konserverasi
hewan, pertanian dan peternakan, sampai ke pemerintahan. Dalam tujuan tersebut,
IoT memiliki peran penting dalam pengendalian pemakaian listrik, sehingga
pemakaian listrik dapat lebih hemat sesuai kebutuhan mulai dari tingkat
pemakaian pribadi sampai ke industri. Tentunya selain untuk tujuan penghematan
IoT juga dapat dipakai sebagai sarana kemajuan usaha, dengan sistem monitoring
maka kebutuhan usaha dapat lebih terukur.
IoT
juga sangat berguna dalam otomatisasi seluruh perangkat yang terhubung ke
internet dimana konfigurasi otomatisasi tersebut dapat di sesuaikan dengan
mudah tanpa harus datang ke lokasi perangkat tersebut. Baik untuk alasan
keamanan untuk wilayah yang tidak mungkin dimasuki manusia, maupun untuk alasan
jangkauan terhadap perangkat yang akan di kendalikan tersebut.
Saat
inovasi seperti IoT menjadi bagian kehidupan manusia. Tak ayal wacana ini pun
akan menjadi sebuah literasi. IoT sendiri menjadi bagian besar dari literasi
digital, kemungkinan integrasinya ke dalam pendidikan pun potensial. IoT dalam
pendidikan sendiri akan lebih kepada aplikasinya untuk menyokong pengajaran. Sama
serupa CMD atau Computer-Mediated Learning yang saat ini diaplikasikan ke dalam
kelas. IoT pun memiliki dinamika mendukung proses KBM. IoT sendiri
mengembangkan bentuk fisik teknologi untuk kehidupan manusia. Benda-benda ini
terkoneksi dengan protokol wireless network sensor dalam satu infrastruktur
yang rumit. Contoh sederhananya saat ini adalah lampu LED di ruang tamu yang
bisa kita kontrol dengan HP kita. Atau sistem CCTV yang terkoneksi dengan
gadget kita untuk rasa aman yang lebih. Kembali, bentuk IoT apa yang bisa
digunakan dalam kelas?
Internet
of Things atau IoT adalah sebuah konsep besar saat ini yang dinilai mampu
merevolusi semua industri dan juga masyarakat. Bahkan dalam pendidikan pun
Internet of Things ini menjadi salah satu teknologi yang saat ini
dipertimbangkan oleh para pengajar maupun anggota pemerintah yang terkait
dengan pendidikan untuk menggunakannya guna berinovasi dan meningkatkan
pembelajaran.
Dengan
Internet ini, belajar menjadi lebih dinamis dengan cara mengintegrasikan metode
tradisional dengan metode baru (IoT). Selain itu, dampak pembelajaran dengan
IoT ini juga dinilai mampu menjadikan pelajaran di kelas serta diskusi antar
siswa lebih hidup. Bahkan dengan IoT siswa juga akan mampu mengeksplorasi
metode-metode belajar lainnya. Sebagai contoh, siswa dapat belajar dirumah
dengan melihat video, terlibat dalam proyek kemudian mendiskusikan hasil
belajar di luar kelas tersebut saat kembali ke sekolah. Selain itu, teknologi
modern dan IoT tidak terbatas hanya pada bagaimana siswa belajar tapi juga
dapat meningkatkan keamanan IoT sendiri serta akses yang lebih luas untuk mendapatkan informasi.
Selain itu juga dapat melacak sumber daya utama.
Pengaruh
IoT ini juga memiliki efek lebih jauh lagi bagi para pelajar. Dalam pendidikan
tinggi misalnya universitas, sebagai mahasiswa mungkin saat ini telah bosan
dengan menggunakan buku, kebanyakan dari mereka lebih suka dengan teknologi
seperti smartphone, tablet, laptop dan gadget lainnya. Dengan IoT ini akses
informasi yang mudah di akses dari mana pun dan kapan pun, akan membuat pelajar
mampu mempelajari segala sesuatu yang baru. Bahkan akan mendorong para pelajar
untuk mempelajari lebih lanjut lagi.
Selain
itu, IoT juga memberikan pekerjaan yang lebih efisien bagi para pengajar dan
pelajar. Contohnya adalah, para pengajar mampu mengoptimalkan tugas-tugas yang
harus dikerjakan oleh pelajar. Dengan menggunakan cloud, para pengajar juga
mampu melihat hasil serta statistik masing-masing pelajar dengan informasi yang
lebih cepat dengan cara mengumpulkan data hasil belajar. Selain itu, IoT juga
mampu mengurangi biaya operasional sekolah, salah satu contoh sekolah yang
sukses mengurangi biaya adalah Sekolah di New Richmonde, Tipp City, Ohio,
Amerika Serikat. Dalam laporan, mereka mampu mengurangi sekitar USD128,000
setiap tahunnya dengan menggunakan sistem pembelajaran berbasis web-terpusat
untuk mengontrol semua peralatan mekanik di sekolah.
Rocha,
et.al 2006 sendiri memperkenalkan VAC atau Virtual Academic Communities. Ia
menerapkan sistem dimana siswa berinteraksi dengan bentuk fisik komponen
komputer di lab, mereka uji dengan network, dan difasilitasi oleh guru. Namun
tentunya IoT sendiri akan datang dengan bentuk yang berbeda di tiap
subjek/kelas/ranah. Dan pastinya hal ini perlu pengembangan dan spesifikasi
targetnya sendiri.
Dengan
adanya pembelajaran konteks IoT akan pembelajaran yang semula biasa saja akan
menjadi lebih berwarna. Sederhananya, siswa akan berbicara dan berkonsultasi
dengan "robot". Guru sendiri akan menjadi admin dalam interaksi. Saat
ini pun "robot" itu bisa kita gunakan. Contohnya fitur voice search
pada Google/Siri/Cortana pada HP kita. Ucapkan kata saat Google/Siri/Cortana
dinyalakan dalam Bahasa Inggris. Jika pronunciation kita salah/kurang tepat
maka hasil pencarian kita akan amburadul.
Fitur
HP seperti di atas mungkin sangat sederhana. Bagaimana jika IoT ini tidak
sekedar voice recognition untuk English pronunciation kita. Saat ini sudah ada
face recognition, error spelling check, dll di internet. Bisa jadi akan ada
robot yang bisa menerjemahkan, mengkoreksi ucapan/tulisan, atau bahkan
"active conversation".
Guru
sebagai admin/manajer dari kelas seperti memiliki beberapa tugas. Mengakumulasi
learning analytic, yaitu melihat kemajuan siswa dari interaksi belajar dengan
IoT. Menjaga materi pada bentuk synchronous (email/blog) dan asynchronous(chat/instant
messaging). Dan pada akhirnya, gurulah yang menilai dan mengevaluasi kegiatan
belajar-mengajar dengan integrasi IoT.
Pada
intinya, peluang ini ada dan potensial untuk diterapkan. Walau kendala
infrastruktur, maintenance, security dan training untuk SDM-nya tetap ada,
apalagi di Indonesia. IoT akan menjadi bagian hidup, dan pendidikan, di masa
depan. Sebuah hal yang mungkin tidak bisa dihindari saat generasi milenial akan
lebih "akrab" dengan teknologi. Pendidik yang terlalu konservatif dan
kuno bisa jadi akan tetap ada. Namun akan lebih sulit mengenali teknologi yang
ada untuk mendukung pengajaran.
IoT
yang menjadi bagian literasi digital pun tak bisa lagi dipungkiri. Saat kita
lebih terobsesi dengan sosial media dan gadget. Potensinya untuk mendukung
pendidikan pun bukan tak mungkin. Walau paper-and-chalkboard adalah fondasi
pedagogis pendidik. Memahami, mengaplikasikan, dan mengevaluasi teknologi dalam
KBM pun menjadi peluang kemajuan. IoT pun akan menjadi salah satu peluang guru
untuk memandang teknologi menjadi bagian pendidikan. Dan pada mindset kita,
teknologi menjadi artefak kebudayaan generasi milenial saat ini.
Dunia
pendidikan Indonesia mendapatkan angin segar dengan dimulainya penerapan
Internet Of Things dan ekosistem digital dalam mendukung peningkatan pendidikan
bangsa. Inisiatif ini dilakukan Indosat Ooredoo yang melakukan kemitraan dengan
Hasri Ainun Habibie ORBIT Foundation dan CREATE Foundation.
Penerapan
Internet Of Things dilakukan dengan implementasi platform CREATE CyberSchool With IoT
(Internet of Things) berbasis cloud di 65 sekolah percontohan yang
tersebar di lima wilayah Indonesia yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
dan Maluku – Papua. Adapun CREATE CyberSchool With IoT (Internet of Things)
merupakan platform belajar berbasis cloud yang dikembangkan CREATE Foundation
untuk memberikan sebuah sarana pembelajaran yang berkualitas bagi setiap siswa
di seluruh Indonesia di manapun mereka berada dengan memanfaatkan teknologi
digital. IoT (Internet of Things) merupakan fenomena baru pada abad 2I, dan
penerapan Internet Of Things ini nantinya akan mengubah pola interaksi,
komunikasi dan pendidikan di masyarakat luas.
Masing-masing
sekolah percontohan tersebut akan dilengkapi dengan tablet yang telah
dilengkapi dengan software dan aplikasi pendidikan. Di samping itu, Indosat
Ooredoo akan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia untuk memberikan pelatihan kepada ratusan guru di Indonesia dan
meningkatkan kompetensi mereka untuk bisa memberikan pendidikan digital sebaik
mungkin. Selain program CREATE cyberschool, juga dikenal program flipped-classroom
yang saat ini juga masih
dikembangkan dan di ujicobakan ke beberapa sekolah percontohan.
Ada banyak manfaat dan kemudahan ketika
suatu sistem di dunia nyata menggunakan perangkat IoT diantaranya :
- Data
Semakin banyak informsi yang diperoleh,semakin mudah untuk menentukan tindakan yang tepat perdasar data yang ada. dengan bantuan komputer dan algoritma program kita tidak perlu mengecek data dan mensortir satu per satu, biarkan mesin yang melakukan nya sesuai algoritma yang kita inginkan. selain cepat juga sagar akurat. - Tracking
Dalam sistem inventory dengan bantuan komputer akan sangat mudah untuk mengecek persedian ,lokasi dan kualitas barang sehingga memudahkan kita untuk melakukan pengelolaan ssehingga tidak ada kasus kehabisan barang karena lalai dalam pengecekan jika dilakukan secara manual. - Waktu
Dengan bantuan sistem komputer yang telah diprogram sebelumnya untuk mengolah informasi tertentu dan melakukan tindakan sesuai yang telah diprogram kan maka proses analisa dan pengambilan keputusan berdasar data yang baesar akan sangat cepat. tidak bisa dibayangkan jika hal ini dilakukan secara manual tanpa bantuan mesin. - Biaya
Tidak bis adipungkiri,penggunaan tenaga manusia yang terbatas kemampuan nya yang berakibat diperlukan banyak tenaga manusia untuk melakukan pekerjaan yang berat. dengan bantuan mesin yang kemampuan nya dapat diatur dan dapat menggantikan pekerjaan manusia, manusia tidak perlu melakukan hal berat dan rumit di jaman sekarang, cukup dengan menjadi operator mesin saja. dari sini terlihat bahwa biaya untuk menggaji karyawan lebih sedikit karena sudah digantikan oleh mesin.
Dibalik
kemudahan dan kecanggihan yang tersaji ketika mengunakan perangkat IoT ada
beberapa resiko yang perlu kamu ketahui diantaranya:
- Compatibility
Kita tau bahwa tidak ada standarisasi penggunaan sensor seperti penggunaan USB , ketika sebuah sistem dengan IoT device mengalami kerusakan maka kita harus membeli di vendor yang sama untuk menggantinya.
- Complexity
Dibalik kemudahan
yang disajikan, disana ada sebuah IoT module yang dirangkai secara komplex
untuk menerima dan mengolah informasi dan alat tersebut memerlukan tega ahli
untuk merawat secara berkala agar sistem tetap berjalan.
- Safety
Semua perangkat dan program komputer rawan akan tindakan hacking, baru-baru ini terjadi serangan DDOS besar-besaran yang disinyalir berasal dari perangkat IoT yang telah di hack dan dijadikan botnet untuk melakukan serangan ini. jadi sekali lagi diperlukan tenaga ahli untuk mengamankan perangkat IoT dari serangan Hacker.
REFERENSI :
PERMASALAHAN :
1.
APA
YANG BISA KITA LAKUKAN SAAT INI GUNA MENDORONG TERBENTUKNYA MINDSET
PEMBELAJARAN BERBASIS IOT MENGINGAT IOT SAAT INI MENJADI ISU YANG TAK
TERBANTAHKAN?
2.
MENURUT
ANDA, DENGAN KONDISI INDONESIA PADA SAAT INI APAKAH IOT DALAM PEMBELAJARAN AKAN
TERLAKSANA DENGAN BAIK? ATAUKAH AKAN TIMBUL BEBERAPA PERMASALAHAN YANG AKAN
MENGHAMBAT? TLONG BERIKAN PENDAPAT ANDA.
3.
MENURUT
ANDA, PEMBELAJARAN IOT APA YANG
SEPERTI APA YANG COCOK DITERAPKAN DI
SEKOLAH-SEKOLAH YANG ADA DI JAMBI?
Menjawab pertanyaan pertama yaitu APA YANG BISA KITA LAKUKAN SAAT INI GUNA MENDORONG TERBENTUKNYA MINDSET PEMBELAJARAN BERBASIS IOT MENGINGAT IOT SAAT INI MENJADI ISU YANG TAK TERBANTAHKAN?
ReplyDeleteSeperti yang kita tahu iot erat kaitannya dengabTIK maka menurut UNESCO telah mengidentifikasi 4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :
1) Tahap emerging; yaitu perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga kependidikan mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk pengadaan sarana dan prasarana (supporting work performance)
2) Tahap applying; yaitu perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum (enhancing traditional teaching)
3) Tahap infusing; yaitu melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi. Pendidik dan tenaga kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana TIK mengubah produktivitas professional (facilitating learning).
4) Tahap Transforming; yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi. Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating innovative learning environment) melalui TIK.
Nah ke -4 tahapan yang ada di atas bisa Kita jadikan dorongan terbentuknya mindset pembelajaran berbasis IoT
terimakasih atas tanggapan rahamah, saya sepaham dengan 4 tahpaan yang anda paparkan diatas, namun itu kan hanya berbentuk teori? bagaimakan kalau di real-life nya? terutama di Indonesia, apa yang bisa kita sbg guru lakukan untuk perlahan-lahan merubah mindeset menjadi IOT ?
DeleteSaya ingin sedikit berpendapat mengenai permasalahan kak Rin, mengenai DENGAN KONDISI INDONESIA PADA SAAT INI APAKAH IOT DALAM PEMBELAJARAN AKAN TERLAKSANA DENGAN BAIK? ATAUKAH AKAN TIMBUL BEBERAPA PERMASALAHAN YANG AKAN MENGHAMBAT?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteDalam kondisi indonesia yg sekarg, di beberapa wilayah diIndonesia belum bisa terlaksana dengan baik, karna disebabkan oleh sarana dan prasarana sekolah yg belum mendukung, permasalahn yg seperti ini merupakan salah satu yg menjadi penghambat terlaksanany IOT dalam pembelajaran, tidak mentup kemungkinan beberapa tahun yg akan datang dapat terlaksana dengan baik.
Deleteterimakasih atas tanggapan dari sugeng, saya setuju bahwa sarana dan prasarana merupakan hambatan terbesar dalam penerapan IOT, namun eperti yang kita ketahui tuntutan agar IOT itu diterapkan pun juga semakin tinggi, nah, menurt anda, bagaimana solusi sederhananya untuk mengatasi hal tersebut yang bisa dilakukan guru untuk mensiasati hambatan sarana yang ada?
Deletebaiklah, dari tanggapan kak Rini mengenai solusi sederhananya untuk mengatasi hal tersebut yang bisa dilakukan guru untuk mensiasati hambatan sarana yang ada?
Deletemenurut saya bisa diminimalisir dengan bekerja kelompok, ya minimal 1 dari setiap kelompok memiliki sarana yang bisa dimanfaatkan, sehingga sedikit demi sedikit IoT ini tetap bisa berjalan.
memang indonesia yang luas ini tidak semuanya terjangkau internet. namun tidak menampik beberapa tahun kedepan ini bisa dinikmati oleh seluruh pelajar di negeri ini. saya sependapat dengan sugeng bahawasnya dengan bekerja kelompok, ya minimal 1 dari setiap kelompok memiliki sarana yang bisa dimanfaatkan, sehingga sedikit demi sedikit IoT ini tetap bisa berjalan. ini bisa diterapkan jika ada anak yang memiliki fasilitas. namun perlu kita pertimbangkan lagi tentang daerah yang memang peserta didiknya tidak mengenal internet sama sekali.
DeleteMenjawab permasalahan nomor 1, menurut saya upaya yang sebaiknya kita lakukan dalam mendorong pembelajaran berbasis IoT adalah dengan melaksanakan suatu seminar mengenai IoT lalu mengundang sekolah-sekolah dan menampilkan suatu aplikasi berbasis IoT dan memperlihatkan kelebihannya dalam memudahkan aktifitas manusia. Nah dari situ tidak menutup kemungkinan sekolah tersebut tertarik dan ingin menerapkannya lalu selanjutnya bisa mengajukan proposal kepemerintah untuk bisa memenuhi sarana dan prasarana yang mendukung aplikasi berbasis IoT.
ReplyDeletesependapat dengan kak fanny untuk enjawab permasalahan nomor 1 ini, menurut saya juga dapat dilakukan pengenalan IoT ini dengan melaksanakan suatu seminar atau pelatihan dalam mendorong pembelajaran berbasis IoT selanjutnya mengundang sekolah-sekolah dan menampilkan suatu aplikasi berbasis IoT dan memperlihatkan kelebihannya dalam memudahkan aktifitas manusia seperti:
DeletePekerjaan yang kita lakukan menjadi cepat, mudah, dan efisien.
2. Dapat mendeteksi pengguna dimanapun berada.
3. Informasi yang diberikan kepada pengguna merupakan informasi yang real-time atau pada waktu yang sebenarnya.
4. Layanan cloud memungkinkan koneksi ke seluruh client tidak terbatas.
5. Proses monitoring akan aspek-aspek yang dituju menjadi lebih mudah, otomatis, dan semakin pintar.
6. Proses monitoring dapat dilakukan secara otomatis tanpa mengenal jarak karena berbasis internet.
7. Dapat mendeteksi dengan cepat mengenai adanya anomali data, akses, atau keadaan yang terjadi sebagai penyebab kebocoran data.
menurut saya sebelum IoT ini diterapkan, kita harus me manage terlebih dahulu IoT itu sendiri. karna IoT ini berpotensi menimbulkan masalah besar, terutama dalam hal pembajakan, meskipun manfaat nya juga sangat banyak. Berdasarkan pidato pimpinan Federal Trade Comission (FTC) Edith Ramirez memaparkan tiga hal yang menjadi risiko IoT dan dapat menurunkan kepercayaan masyarakat atas penerapan konsep tersebut.
ReplyDeletePertama, tersebarnya informasi seperti data personal, kebiasaan, lokasi, dan kondisi fisik, pada perangkat-perangkat pintar di rumah, mobil, dan bahkan tubuh pengguna.
Menurut Ramirez, hal ini memungkinkan orang lain dengan mudah mengakses data pribadi pengguna dan membuat analisis dari data tersebut.
Kedua, penggunaan yang tidak diharapkan dari data pengguna. Pertanyaannya, apakah data personal digunakan hanya untuk melayani pengguna atau dapat pula digunakan oleh perusahaan perangkat untuk mengklasifikasikan segmen pasar penggunanya?
Yang terakhir adalah risiko keamanan. Ramirez mengingatkan bahwa semua perangkat yang terhubung melalui internet berisiko dibajak. Hal ini harus benar-benar dipikirkan oleh para pengembang IoT.
Nah, kalau IoT ini diterapkan di Jambi misalnya, pemerintah harus mau bekerja sama dengan developer antivirus agar IoT ini dapat memberikan manfaat secara maksimal bagi para pengguna
Saya setuju dengan pendapat rina, kita harus me manage terlebih dahulu IoT itu sendiri, sebelum IoT ini diterapkan. karna dapat menimbulkan masalah besar seperti tersebarnya informasi seperti data personal, risiko keamanan dll
Deletesependapat dengan kakak diatas, upaya yang sebaiknya kita lakukan dalam mendorong pembelajaran berbasis IoT adalah dengan melaksanakan suatu seminar mengenai IoT lalu mengundang sekolah-sekolah dan menampilkan suatu aplikasi berbasis IoT dan memperlihatkan kelebihannya dalam memudahkan aktifitas manusia. Nah dari situ tidak menutup kemungkinan sekolah tersebut tertarik dan ingin menerapkannya lalu selanjutnya bisa mengajukan proposal kepemerintah untuk bisa memenuhi sarana dan prasarana yang mendukung aplikasi berbasis IoT.
Deletedengan kondisi indonesia saat ini tidak menutup kemungkinan IoT akan berjalan dengan baik.
ReplyDeleteIoT memiliki banyak peranan penting, namun dampak negatifnya pasti dapat dirasakan. Selain harganya yang mahal, perangkat-perangkat yang terhubung internet akan mudah terkena virus, serta dibutuhkan pengamanan yang ketat terhadap data dan perangkat.
Menurut saya adakan hambatan yang akan di terjadi. Pasti akan ada hambatan apalagi jika smua yang di terapkan sudah berbasis Internet. Dengan adanya pembelajaran konteks IoT akan pembelajaran yang semula biasa saja akan menjadi lebih berwarna. Sederhananya, siswa akan berbicara dan berkonsultasi dengan "robot". Guru sendiri akan menjadi admin dalam interaksi. Saat ini pun "robot" itu bisa kita gunakan. Contohnya fitur voice search pada Google/Siri/Cortana pada HP kita. Ucapkan kata saat Google/Siri/Cortana dinyalakan dalam Bahasa Inggris. Jika pronunciation kita salah/kurang tepat maka hasil pencarian kita akan amburadul.
ReplyDeleteFitur HP seperti di atas mungkin sangat sederhana. Bagaimana jika IoT ini tidak sekedar voice recognition untuk English pronunciation kita. Saat ini sudah ada face recognition, error spelling check, dll di internet. Bisa jadi akan ada robot yang bisa menerjemahkan, mengkoreksi ucapan/tulisan, atau bahkan "active conversation".
Guru sebagai admin/manajer dari kelas seperti memiliki beberapa tugas. Mengakumulasi learning analytic, yaitu melihat kemajuan siswa dari interaksi belajar dengan IoT. Menjaga materi pada bentuk synchronous (email/blog) dan asynchronous(chat/instant messaging). Dan pada akhirnya, gurulah yang menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar dengan integrasi IoT.
Pada intinya, peluang ini ada dan potensial untuk diterapkan. Walau kendala infrastruktur, maintenance, security dan training untuk SDM-nya tetap ada, apalagi di Indonesia. IoT akan menjadi bagian hidup, dan pendidikan, di masa depan. Sebuah hal yang mungkin tidak bisa dihindari saat generasi milenial akan lebih "akrab" dengan teknologi. Pendidik yang terlalu konservatif dan kuno bisa jadi akan tetap ada. Namun akan lebih sulit mengenali teknologi yang ada untuk mendukung pengajaran.
IoT yang menjadi bagian literasi digital pun tak bisa lagi dipungkiri. Saat kita lebih terobsesi dengan sosial media dan gadget. Potensinya untuk mendukung pendidikan pun bukan tak mungkin. Walau paper-and-chalkboard adalah fondasi pedagogis pendidik. Memahami, mengaplikasikan, dan mengevaluasi teknologi dalam KBM pun menjadi peluang kemajuan. IoT pun akan menjadi salah satu peluang guru untuk memandang teknologi menjadi bagian pendidikan. Dan pada mindset kita, teknologi menjadi artefak kebudayaan generasi milenial saat ini.
APA YANG BISA KITA LAKUKAN SAAT INI GUNA MENDORONG TERBENTUKNYA MINDSET PEMBELAJARAN BERBASIS IOT MENGINGAT IOT SAAT INI MENJADI ISU YANG TAK TERBANTAHKAN? yaitu kita harus berpikir kreatif untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada disekitar kita guna mencari solusi untuk mambantu proses pembelajran
ReplyDeletesaya akan menjawab permasalahan yang pertama yaitu a seperti di Indonesia dengan menerapkan kurikulum yang mendukung mindset pembelajaran berbasis IoT yaitu kurikulum 2013 yang sudah sesuai dengan tahapan yang mensupport adanya IoT seperti halnya kegiatan literasi yang membutuhkan bahan diskusi atau materi yang sebanyak-banyaknya bukan hanya dari buku pegangan yang ilmunya terbatas namun juga dari internet yang tak terbatas, semua yang dibutuhkan ada di internet sehingga dengan membiasakan penggunaan kurikulum ini dapat membantu terbentuknya mindset pembelajaran berbasi IoT
ReplyDelete