MATERI 12 : INOVASI SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN PBL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
MODEL PEMBELAJARAN PBL
Model
pembelajaran PBL atau Problem
Based Learning merupakan suatu pembelajaran berlandaskan masalah-masalah
yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, yang menjadikan mereka
mahir dalam memecahkan masalah, serta memiliki strategi belajar sendiri dan
kemampuan dalam berpartisipasi di dalam tim.
Proses
pembelajaran pada model pembelajaran PBL menggunakan pendekatan yang lebih
sistematik guna memecahkan sebuah problem dan menghadapi tantangan yang
kemungkinan besar bakal menghadang  dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
begini, nantinya siswa diharapkan siap dan terlatih untuk menghadapi
problematika dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Rumusan dari
Dutch (1994), Problem Based Learning
(PBL) adalah instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”,
mewujudkan kerjasama yang baik dalam kelompok untuk mencari solusi masalah yang
nyata. Masalah ini digunakan agar rasa ingin tahu serta kemampuan analisis
siswa dan inisiatif atas materi pelajaran bisa terpancing dan terpacu. Jadi,
model pembelajaran PBL atau Problem Based
Learning (PBL) dapat kita katakan sebagai model pembelajaran yang
mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta mencari dan
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai guna menghadapi suatu problem yang
ada.
Prinsip model
pembelajaran PBL atau Problem Based Learning terkait dengan masalah kehidupan
nyata, sehingga siswa mempunyai kesempatan dalam memilih dan melakukan
penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh yang diperlukan
dalam memecahkan masalah.
Saat ini,
implementasi kurikulum 2013 menekankan pada proses belajar yang membutuhkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/ High
Order Thinking Skill), dan Model Pembelajaran PBL inilah salah satu model yang
bisa diandalkan. Model pembelajaran PBL merupakan salah satu metode pendekatan
yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi (HOTS). Model
pembelajaran ini akan sangat membantu siswa untuk memproses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya.
Dengan
menerapkan model pembelajaran PBL ini, siswa dilatih menyusun sendiri
pengetahuannya, mengembangkan keterampilan dan kemampuan dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa
dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan
menyimpannya dalam memori mereka sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan
kembali.
Jadi PBL adalah
metode pembelajaran berbasis masalah yang mengedepankan  strategi
pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta
didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran.
Menurut Rusman (2010:232), karakteristik model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
- Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
 - Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.
 - Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
 - Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
 - Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
 - Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam problem based learning.
 - Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
 - Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.
 - Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
 - Problem based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
 
Berikut langkah-langkah dalam sintaks model pembelajaran
PBL konvensional.
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
                Kemampuan
berpikir kritis adalah potensi intelektual yang dapat dikembangkan melalui
proses pembelajaran. Setiap manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan
berkembang menjadi pemikir yang kritis karena sesungguhnya kegiatan berpikir
memiliki hubungan dengan pola pengelolaan diri (self organization) yang ada pada setiap mahluk di alam termasuk
manusia sendiri. Terdapat suatu anggapan yang penting bagi kita untuk tidak
hanya belajar berpikir kritis, tetapi juga mengajarkan berpikir kritis kepada
orang lain. Anggapan tersebut sangat penting karena bagi seseorang untuk bisa
berhasil di dalam bidang apa pun, dia harus memiliki kecakapan untuk berpikir
kritis, dia harus bisa menalar secara induktif dan deduktif, seperti kapan dia
melakukan kritik dan mengkonsumsi ide-ide atau saran-saran. Kecakapan-kecakapan
berpikir kritis ini biasa dikenal sebagai sebuah tujuan pendidikan yang
penting, dan dianggap sebagai sebuah hasil yang diinginkan dari semua kegiatan
manusia (Samsudin, 2009).
                Pemikir
kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu yang besar, aktual, nalarnya dapat
dipercaya, berpikiran terbuka, fleksibel, seimbang dalam mengevaluasi, jujur
dalam menghadapi prasangka personal, berhati-hati dalam membuat keputusan,
bersedia mempertimbangkan kembali, transparan terhadap isu, cerdas dalam
mencari informasi yang relevan, beralasan dalam memilih kriteria, fokus dalam
inkuiri, dan gigih dalam mencari temuan. Bentuk sederhananya, berpikir kritis didasarkan
pada nilai-nilai intelektual universal, yaitu: kejernihan, keakuratan,
ketelitian (presisi), konsistensi, relevansi, fakta-fakta yang reliabel,
alasan-alasan yang baik, dalam, luas, dan sesuai.
                Menurut
Beyer (dalam Surya, 2011:137), terdapat beberapa karakteristik dalam kemampuan
berpikir kritis, yaitu:
- Watak (dispositions). Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
 - Kriteria (criteria). Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
 - Argumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
 - Pertimbangan atau pemikiran (reasoning). Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
 - Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah cara memandang atau landasan yang digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
 - Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau perkiraan-perkiraan.
 
                Menurut Ennis
(dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau  dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir
kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
(1).   Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
(2).   Mencari alasan.
(3).   Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
(4).   Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan
menyebutkannya.
(5).   Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
(6).   Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
(7).   Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
(8).   Mencari alternatif.
(9).   Bersikap dan berpikir terbuka.
(10).  Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk
melakukan sesuatu.
(11).  Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
(12).  Bersikap secara  sistimatis  dan  teratur
dengan bagian-bagian  dari keseluruhan masalah.
HASIL INOVASI SINTAKS PBL
Berikut merupakan inovasi 
saya dalam memodifikasi model PBL yang digunakan pada materi faktor yang
mempengaruhi laju reaksi:
No 
 | 
  
Sintaks  model
  PBL Konvensional 
 | 
  
Sintaks PBL Hasil modifikasi 
(Inovasi) 
 | 
  
Indikator berpikir kritis 
 | 
  
Alasan serta Dampak Inovasi Sintaks terhadap
  Kemampuan berpikir kritis 
 | 
 
1 
 | 
  
Mengorientasi
  siswa pada masalah 
 | 
  
Mengorientasi
  siswa pada masalah 
 | 
  
Alasan  melakukan modifikasi yakni,  pada sintaks konvensional tidak terjabarkan
  dengan detail kegiatan apa yang dapat dilakukan siswa sehingga masih belum
  terarah dengan baik  serta belum bisa
  menggambarkan secara jelas bagaiamana kemampuan berpikir krirtis siswa dapat
  dikembangkan.  
Dengan adanya modifikasiyang saya lakukan, yakni
  adanya penjabaran kegiatan yang lebih detail diharpakan siswa secara bebas
  dapat berargumentasi dengan relevansi dan kredibilitas tinggi, bersikap
  terbuka dengan informasi apapun yang didapatkanya 
 | 
 |
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana/logistik
  yang dibutuhkan 
 | 
  
Menyampaikan tujuan dan kompetensi
  yang akan dicapai 
 | 
  |||
Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
  masalah nyata 
 | 
  
Memberikan motivasi dalam pembelajaran
  berupa manfaat materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yakni
  faktor yang mempengaruhi laju reaksi 
 | 
  |||
Menggali pengetahuan siswa mengenai
  materi sebelumnya dan kaitannya dengan materi sekarang melalui fenomena yang
  sering ditemui dalam kehidupan mengenai faktor yang mempengaruhi laju reaksi 
 | 
  
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik 
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
 | 
 |||
Memberikan kesempatan siswa untuk
  menyampaikan bagaimana persepsinya mengenai materi sebelumnya dan kaitannya
  dengan materi sekarang yakni faktor yang mempengaruhi laju reaksi 
 | 
  
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
·  Berargumen relevan dengan ide utama 
 | 
 |||
2 
 | 
  
Mengorganisasikan
  siswa untuk belajar 
 | 
  
Mengorganisasikan
  siswa untuk belajar 
 | 
  
Alasan melakukan modifikasi yakni karena pada model
  konvensional perna guru masih dikatakan dominan (guru “membantu”) sedangkan
  pada saat ini sisw diharpkan untuk dapat berpikir secara mandiri namun tetap
  relevan, dapat melakukan sharing knownledge satu salam lain. 
Dengan adanya modifikasi siswa dapat secara mandiri
  dapat menentukan masalah yang akan dipecahkannya sendiri/berkelompok, peer
  tutoring berjalan, siswa saling bertukar pengetahuan, dapat mengasah
  ketajaman persepsi berdasarkan bukti, relevan dengan materi dak menetapkan
  standar/patokan sendiri sejauh mana akan membahas suatu masalah/materi 
 | 
 |
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi
  tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasi pada
  tahap sebelumnya 
 | 
  
Melibatkan siswa dalam kegiatan
  identifikasi masalah/fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
  mengenai materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi (misalnya pada alasan
  mengapa makanan cepat membusuk, dan mengapa makanan yang disimpan dikulkas
  lebih tahan lama) 
 | 
  
·  Mencari penjelasan sebanyak mungkin 
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik 
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
·  Berusaha tetap relevan dengan ide utama 
 | 
 ||
Membentuk kelompok belajar siswa yang
  sebaran kemampuannya heterogen 
 | 
  
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
 | 
 |||
Memberikan kesempatan siswa untuk
  menentukan sendiri fenomena apa yang akan dibahas didalam kelompok tentunya
  dengan mengaitkannya dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi(eg. Konsentrasi,
  luas permukaan) 
 | 
  
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik 
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
·  Menetapkan kriteria/patokan dalam menentukan masalah
  yang akan dibahas (sejauh mana) 
 | 
 |||
3 
 | 
  
Membimbing
  penyelidikan individual maupun kelompok 
 | 
  
Melakukan
  penemuan (inquiry) 
 | 
  
Alasan  memodifikasi
  tahap Membimbing penyelidikan
  individual maupun kelompok dengan Melakukan
  penemuan (inquiry)  yakni karena
  dengan melakukan kegiatan penemuan maka siswa akan bebas berliterasi dan
  menemukan sumber data pendukung yang kredibeldan relevan dengan masalah serta
  pemecahan masalahnya, selain itu siswa dapat berobservasi sesuai dengan
  pandangannya tentunya dimonitor oleh guru agar tidak melenceng dari tujuan
  pembelajaran 
Dengan modifikasi yang saya lakukan diharpkan dapat
  berdampak pada kemampuan siswa untuk berargumentasi berdasarkan bukti, memandang
  permasalahan dari berbagai sudut pandang berbeda, dapat berlogika konsisten
  dengan tingkat relevansi yang tinggi serta didukung bukti yang kredibel 
 | 
 |
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
  sesuai dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi 
 | 
  
Siswa diberikan kesempatan untuk mencari  literatur (literasi) dari berbagai sumber
  dan pandangan yang berbeda mengenai masalah/fenomena yang akan dicari
  pemecahannya  
 | 
  
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik 
·  Memiliki logika yang konsisten 
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
·  Teliti alam mencari alasan/faktor pendukung 
·  Mengutamakan relevansi 
·  Literatur yang ugunakan hanya yang kredibel 
 | 
 ||
Melakukan eksperimen/obervasi untuk mendapatkan
  kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah 
 | 
  
Melibatkan siswa dalam proses bertukar pikiran satu sama
  lain/berargumen mengenai apa yang telah ditemukan baik itu yang mendukung,berkaitan
  erat. 
 | 
  
·  Berargumen dengan bukti dan pendukung yang jelas 
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik 
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
 | 
 ||
Mendorong siswa untuk menafsirkan/membuat persepsinya sendiri terhadap
  masalah dan pemecahan yang paling tepat 
 | 
  
·  Menafsirkan fenomena dari berbagai sudut pandang
  berbeda 
·  Berargumen berdasarkan bukti dan pendukung yang
  kredibel dan relevan 
 | 
 |||
Menguji relevan atau tidak antara masalah yang dipilih untuk
  dipecahkan dengan pemecahan masalah yang dipilih melalui/eksperimen/observasi/mengumpulkan
  data atau video 
 | 
  
·  Berargumen berdasarkan bukti dan pendukung yang
  kredibel dan relevan 
·  Bekerja secara sisematis dan sesuai dengan proedur
  yang telah dipatok 
 | 
 |||
Bertanya
  (questioning) 
 | 
  
Alasan saya menambahkan Bertanya (questioning) karena dengan memunculkan masalah “Baru”
  maka ssiwa tidak akan stuck melainkan akan mencari alternatif pemecahan lain
  yang tentunya tidak bertentangan dengan apa yang telah diyakininya selama
  proses penyelesaian masalah (konsisten) 
Dengan dilakukannya modifikasi diharapkan siswa
  dapat memberikan alasan berdasarkan logika yang konsisten, dapat menemukan
  alternatif yang sesuai dan relevan 
 | 
 |||
Memberikan siswa masalah/ fenomena
  yang bertolak belakang dengan pemecahan masalah yang telah dirumuskan siswa
  (misalnya pada materi konsentrasi, pada reaksi biasa tinggi rendahnya
  konsentrasi akan mempengaruhi laju reaksi, tetapi pada reaksi enzimatik
  mengapa tidak demikian/bagaimana cara kita untuk meningkatkan laju reaksi
  walaupun pada suhu rendah sekalipun) 
 | 
  
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik 
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
·  Mencari alternatif 
·  Mencari penjelasan sebanyak mungkin 
·  Berargumen berdasakan bukti yang kredibel dan
  relevan 
 | 
 |||
Memberikan siswa mengkonfirmasi
  masalah, pemecahan masalah, serta masalah yang bertolak belakang untuk
  melihat relevansi, keterkaitannya 
 | 
  
·  Berusaha memberikan alasan yang berdasarkan logika
  dan bukti kredibel dan relevan 
 | 
 |||
Memberikan siswa kesempatan untuk
  bertanya/berdiskusi 
 | 
  
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
·  Respek terhadap perbedaan pendapat 
·  kosisten 
 | 
 |||
4 
 | 
  
Mengembangkan
  dan menampilkan hasil karya 
 | 
  
Mengembangkan
  dan menampilkan hasil karya 
 | 
  
Alasan memodifikasi langkah ini karena pada sintaks
  konvensional tidak terjabar dengan detai apa yang harus dilakukan serta
  peran  guru masih dirasa dominan
  sehingga dilakukan modifikasi sehingga guru hanya berperan dalam memonitoring
  siswa agar tidak melenceng dari tujuan pembelajaran. 
Dengan dilakukkannya modifikasi diharapkan dapat
  berdampak positif pada kemampuan siswa dalam berpikir krirtis yang ditandai
  dengna bekerja secara sistematis, berargumen berdasarkan logika yang
  konsisten, berpikir secara terbuka didukung bukti yang kredibel dan relevan 
 | 
 |
Membantu siswa berbagi tugas  dan merencanakan/ menyiapkan karya yang
  sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan/video/model 
 | 
  
Membantu siswa dalam mengembangkan apa
  yang sudah didapatkan mulai dari masalah berdasarkan fenomena dalam kehidupan
  sehari-hari yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi laju reaksi,
  masalah yang dipilih untuk dipecahkan, pemecahan masalah dan bagaimana jika
  dihadapkan dengan fenomena yang bertolak belakang, melalui pengumpulan data
  yang relevan dan sistematis dan beranalogi sehingga lebih mudah dimengerti 
 | 
  |||
Menyusun laporan hasil diskusi mulai
  dari masalah berdasarkan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
  dengan faktor yang mempengaruhi laju reaksi, masalah yang ingin dipecahkan,
  pemecahan masalah dan bagaimana jika dihadapkan dengan fenomena yang bertolak
  belakang didukung video/data spesifik dan relevan 
 | 
  
·  Bekerja sistematis dan sesuai dengan prosedur
  standar  
·  Berargumen berdasarkan logika yang konsisten 
 | 
 |||
Mendorong siswa untuk saling berargumentasi
  mengenai hasil dari penampilan karya/laporan baik perkelompok maupun
  individual (tentunya argumen yang berlandaskan literatur) 
 | 
  
·  Berusaha mengetahui informasi dengan baik 
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
·  Berargumen didukung oleh sumber yang relevan dan
  kredibel 
 | 
 |||
5 
 | 
  
Menganalisis
  dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 
 | 
  
Menganalisis
  dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 
 | 
  
Pada langkah ini dimodifikasi sedemikian rupa
  sehingga siswa agar ssiwa dapat memiliki kesempatan untuk berargumen sesuai dengan
  persepsinya, menyimpulakn secara keseluruhan hasil pembelajaran, bias dan
  miskonsepsi yang muncul selama belajar dapat diluruskan bukan oleh guru
  tetapi bersama-sama (guru-siswa).selain itu pemberian soal essay dapat
  memperkuat pemahaman siswa tentang materi lebih kuat dan dalam lagi, sehingga
  pengetahuan yang dimiliki siswa akan tertanam dalam jangka panjang 
Dengan dilakukannya modifikasi ini diharapkan
  kemampuan siswa dalam berargumentasi dari berbagai sudut pandang yang relevan
  berdasarkan bukti dapat meningkat dibanding sebelumnnya 
 | 
 |
Membantu siswa untuk melakukan refleksi/ evaluasi
  terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan 
 | 
  
Memberikan siswa kesempatan individual
  maupun perkelompok untuk memberikan persepsinya mengenai masalah-masalah yang
  dibahas 
 | 
  
·  Berpersepsi berdasarkan berbagai sudut pandang
  berbeda 
·  Berargumen berdasarkan logikan yang konsisten 
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
 | 
 ||
Menginstruksikan siswa untuk
  menyimpulkan hasil pembelajaran secara keseluruhan apa yang telah dibahas di
  depan kelas 
 | 
  
·  Menyimpulkan berdasarkan logika yang konsisten,
  bukti yang kredibel dan relevan 
 | 
 |||
Meluruskan miskonsepsi yang muncul
  secara bersama-sama 
 | 
 ||||
Memberikan soal latihan esay berupa
  permasalahan yang dapat mengasah kemampuan bernalar dan solving problem  siswa  
 | 
  
·  Bersikap dan berpikir terbuka 
 | 
 
REFERENSI :
PERTANYAAN:
1.      
Menurut anda, manakah yang lebih cocok hasil
 inovasi CTL ataukah inovasi PBL yang
saya buat dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi? Berikan alasan
2.      
Menurut anda, apakah model pembelajaran PBL
ini hanya cocok diterapkan apabila guru ingin meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa saja ataukah dapat meningkatkan kemampuan siswa lainnya? Berikan pandangan
anda beserta alasan
3.      
Dari hasil modifikasi yang saya lakukan pada
model PBL, menurut anda apa yang masih menjadi kelemahannya, dan apa solusi
yang bisa anda berikan untuk mengatasi hal tersebut?



baiklah saya ingin mencoba berpendapat mengenai pertanyaan kaka tentang "Menurut anda, apakah model pembelajaran PBL ini hanya cocok diterapkan apabila guru ingin meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa saja ataukah dapat meningkatkan kemampuan siswa lainnya? Berikan pandangan anda beserta alasan"
ReplyDeletetentusaja bukan hanya meningkatkan keterampilan berpikir kritis, tetapi juga bisa melahirkan keterampilan lainnya karena dengan permasalahan yang diberikan juga dapat menimbulkan kreatifitas seseorang, dan lain sebagainya.
Saya setuju dengan pendapat sugeng bahwa model PBL ini dapat menimbulkan kemampuan berpikir kritis siswa dan juga dapat menimbulkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Deletedan menurut saya, dalam materi yg sama dan karakteristik siswa yg sama model PBL akan lebih efektif, karna melibatkan siswa kedalam masalah yang nyata dan ada dalam kehidupan sehari" siswa menurut saya, model berbasis masalah ini dapat mwningkatkan kemampuan siswa yang lain seperti berpikir kreatif, literasi sains, kemampuan berargumentasi.
ReplyDeletesaya sependapat dengan kak rina menurut saya dalam materi yg sama dan karakteristik siswa yg sama model PBL akan lebih efektif karena pada model ini ditekankan pemecahan masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga dengan pemecahan masalah ini dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Deleteterimakasih atas komentar fira dan fira, namun disini kan kedua model CTL dan PBL masalah yang diangkat sama-sama dari fenomena yang ada dilingkungan dan kehidupan sehari-hari, jadi apa yang membuat rina dan firaberpendapat PBL akan lebih efektif?
Deletemenurut saya model ini bisa memberikan kemampuan selain berpikir kritis yaitu berpikir kreatif. karena dalam pemecahan masalah diperlukan berpikir kritis dan kreatif
ReplyDeletesaya sependapat dengan tri bahwa model ini bisa memberikan kemampuan selain berpikir kritis yaitu berpikir kreatif bagi siswa karena dalam pemecahan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
DeleteMenrut saya model PBL ini bisa banyak menimbulkan keterampilan dalam berpikir yaitu berpikir kritis. Namun di PBL ini siswa jg bisa mengembangkan kemampuan dia dalam berliterasi dan kemampuan dalam pemecahan masalah dan juga keterampilan proses sains. Sehingga siswa aktif dan mempunyai jiwa kompetitiff.
ReplyDeletemenurut saya untuk model CTL dan PBL semuanya cocok, hanya saja tergantung kepada tujuan pembelajaran yang diinginkan si guru. jika ingin pembelajaran dengan tujuan menanamkan konsep maka bagusnya model CTL, jika ingin pembelajaran dengan tujuan siswa dapat menyelesaikan teka-teki yang kita rancang maka bagusnya model PBL.
ReplyDeleteMenurut saya model ini sudah cukup untuk berpikir kritis, dan dapat mengacu ke berpikir kreatif,, tapi alangkah baiknya jika di sertai dengan Ekperimen sederhana yang sesuai dengan fenomena kehidupan sehari-hari dan juga dapat di sertakan LKPD dan juga siswa menyimpulkan sendiri dengan bahasanya sendiri
ReplyDeleteMenurut anda, apakah model pembelajaran PBL ini hanya cocok diterapkan apabila guru ingin meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa saja ataukah dapat meningkatkan kemampuan siswa lainnya? Berikan pandangan anda beserta alasan. Menurut saya model ini sudah cukup untuk berpikir kritis. karena pada tahapannya sudah menunjukkan dan memasukkan kriterian berfikir kritis. namun alangkah baiknya ditambahkan praktikum, kalaupun tidak bisa praktikum, paling tidak bisa dengan demonstrasi.
ReplyDeletesependapat dengan kak melda, bahwa setiap model itu dapat saja meningkatkan kemampuan berpikir siswa apapun itu seperti yang telah disebutkan kak melda namun disini tergantung lagi dari guru nya dalam membawakan sebuah model tersebut
ReplyDeleteterimakasih atas pendapat melda dan rini, saya sependapat jika memang tidak selalu model PBL dapat meningjatkan kemampuan berpikir kritis saja namun juga bisa kemampuan berpikir lainnya tergantung lagi dari guru nya dalam membawakan sebuah model tersebut.
ReplyDeletemenurut rini dan melda fase apa yang harus saya tekankan sehingga tidak hanya kemampuan berpikir kritis saja yang berkembang tetapi kemampuan yang liannya juga?
Menurut saya, yang cocok untuk materi faktor laju reaksi adalah PBL. Karena dengan mengamati percobaan secara langsung selain meningkatkan berfikir kritis siswa juga dapat meningkatkan pemahaman siswa
ReplyDelete