MATERI 14 : INOVASI SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN 5E DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS)
LEARNING CYCLE 5E
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain (Trianto, 2012).
Ramadhani
(2012) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam
mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Salah satu model pembelajaran inovatif yang mampu
memfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri adalah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran siklus
belajar 5E (learning cycle 5E).
Model
belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam
kegiatan belajar yang aktif sehingga proses asimilasi, akomodasi dan organisasi
dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan dengan
baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang
dipelajari.
Siklus belajar
5E (learning cycle 5E) adalah salah satu model konstruktivis lengkap
dalam kasus pembelajaran berbasis riset atau brainstorming yang digunakan di dalam
kelas (Campbell dalam Tuna & Kacar, 2013). Learning cycle 5E berpusat pada siswa (student centered) dengan kegiatan yang memberikan dasar untuk observasi, pengumpulan
data, analisis tentang kegiatan, peristiwa, dan fenomena. Learning cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperanan aktif (Fajaroh & Dasna, 2008; Wibowo et al., 2010). Model pembelajaran siklus belajar 5E (learning cycle 5E) memotivasi siswa untuk masuk dalam topik melalui beberapa tahap pembelajaran dengan tujuan untuk mengeksplorasi subjek, memberikan definisi pada pengalaman mereka, mendapatkan informasi lebih rinci tentang
pembelajaran mereka, dan untuk mengevaluasinya (Wilder & Shuttleworth dalam Hagerman, 2012; Tuna & Kacar, 2013).
Dalam Fajaroh (2008) kelima
tahap learning cycle 5E tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Engagement (melibatkan),
yaitu fase yang bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam
menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan
ide-ide mereka, serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada
pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan
siswa tentang topic yang akan dipelajari berusaha dibangkitkan. Siswa juga diajak
membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan
dalam tahap eksplorasi.
2) Exploration (menyelidiki), pada fase ini
siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa
pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat
pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah
literatur.
3) Explaination (menjelaskan), dalam fase ini
guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri,
meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan
diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah dari konsep yang
dipelajari.
4) Elaboration/Extention
(memperluas), yaitu siswaa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi
baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
5) Evaluation (evaluasi),
dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi
terhadap pengetahuan, pemahaman konsep atau kompetensi siswa melalui problem
solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan
investigasi lebih lanjut.
Berdasarkan pada sintaks model learning cycle 5E, proses pembelajaran yang dilakukan bukan lagi sekadar
transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan proses perolehan konsep
yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Model learning cycle 5E menekankan kepada peran siswa sebagai pusat pembelajaran dan
sebagai knowledge
self-making (Budprom et al., 2010). Qarareh (2012) menyatakan model learning cycle 5E mampu menciptakan sebuah pembelajaran bermakna yang dapat meningkat-kan prestasi belajar siswa, motivasi belajar siswa, serta
membantu mereka untuk belajar secara aktif.Soomro et al (2010) juga menyatakan model learning cycle 5E efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa,
membantu siswa menikmati sains, mengerti materi, dan mengaplikasikannya dalam
situasi ilmiah.
BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HOTS)
Higher Order Thinking Skills atau kemampuan berpikir
tingkat tinggi pada dasarnya berarti pemikiran yang terjadi pada tingkat tinggi
dalam suatu proses kognitif. Menurut taksonomi Bloom yang telah dirievisi
keterampilan berpikir pada ranah kognitif terbagi menjadi enam tingkatan, yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Syafa’ah
& Handayani, 2015). Schraw et al. (2011: 191) mengklasifikasikan
keterampilan berpikir yang dimiliki Bloom menjadi dua tingkatan yaitu
keterampilan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills) yang
terdiri atas pengetahuan dan pemahaman, serta keterampilan berpikir tingkat
tinggi (Higher Order Thinking Skills) yang terdiri atas aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
Heong et al. (2011)
mengindentifikasi 13 keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu: membandingkan
(comparing), mengklasifikasi, (classifying), menginduksi (inducing),
menyimpulkan (deducing), menganalisis kesalahan (analyzing error), membangun
pendukung (constructing support), menganalisis perspektif (analyzing
perspective), mengabstraksi (abstracting), mengambil keputusan (making decision),
memecahkan masalah (solving problem), menemukan eksperimen (inquiring
eksperimen), dan menemukan konsep dalam kerangka dimensi belajar (inventing
concept which work within the dimensions of learning framework).
Higher
Order Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan
berpikir tingkat tinggi menurut King, Goodson, dan Rohani (2004:1-2) meliputi
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif. Semuanya diaktifkan
ketika individu mendapatkan masalah yang tidak familiar, tidak tentu dan penuh pertanyaan
. Sedangkan kategori berpikir tingkat tinggi menurut Brookhart (2010: 14-15)
meliputi beberapa aspek, yaitu: 1) Analisis, evaluasi, kreasi, 2) Penalaran
yang logis atau logika beralasan (logical reasoning), 3) Keputusan dan
berpikir kritis, 4) Pemecahan masalah, 5) Kreatifitas dan berpikir Kreatif.
Kemampuan
berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir
kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking),
kemampuan berargumen (reasoning), dan
kemampuan mengambil keputusan (decision
making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi
penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik. Kreativitas
menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak
familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda
dengan cara-cara sebelumnya.
Ayuningtyas
(2012) mengemukakan 4 indikator dalam mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) yakni meliputi:
1. Analyze (menganalisis), yaitu memisahkan materi menjadi bagian-bagian
penyusunannya (fragmentasi/kategorisasi) dan mendeteksi bagaimana suatu bagian
berkaitan dengan bagian lainnya. Analisis ini terdiri dari :
a. Diffferentiating
(membedakan), proses ini terjadi ketika siswa membedakan bagian yang
tidak relevan dengan relevan atau bagian penting dengan tidak penting dari
suati materi yang diberikan
b. Organizing(mengorganisasikan), yakni proses menentukan bagaimana suati bagian elemen
tersebut cocok dan dapat berfungsi bersama-sama dalam suatu kesatuan struktur.
c. Attributing (menghubungkan), proses ini terjadi ketika siswa dapat menentukan init
atau menggarisbawahi suatu materi yang diberikan.
2.
Evaluate
(mengevaluasi), yakni membuat keputusan
berdasarkan kriteria standar, seperti mengecek dan mengkritik.
a.
Checking(mengecek), proses ini terjadi ketika siswa melacak ketidak
konsistenan suatu proses atau hasil, menentukan proses atau hasil yang memiliki
kekonsistenan internal atau mendeteksi kefektifan suatu prosedur yang
diterapkan.
b. Critiquing(mengkritisi), proses ini terjadi ketika siswa mendeteksi ketidak konsistenan
antara hasil dan beberapa kriteria luar atau keputusan yang sesuai dengan
prosedur masalah yang diberikan.
3. Create (menciptakan), yaitu menempatkan elemen secara bersama-sama untuk
membentuk suatu keseluruhan yang koheren atau membuat hasil yang asli, seperti
menyusun, merencanakan dan menghasilkan.
a. Generating (menyusun), melibatkan penemuan hipotesis berdasarkan kriteria yang
diberikan.
b. Planning (merencanakan), suatu cara untuk membuat rancangan untuk menyelesaikan
suatu tugas yang diberikan.
c. Producing (menghasilkan) atau membuat sebuah produk, pada producing, siswa diberikan deskripsi dari suatu hasil dan harus
menciptakan produk yang sesuai dengan deskripsi yang diberikan.
Adapun
indikator berpikir tingkat tinggi (HOTS) menurut Lewy dkk, yakni:
1.
Non algorithmic
2.
Cenderung kompleks
3.
Memiliki solusi
yang mungkin lebih dari satu (open-ended
approach)
4.
Membutuhkan usaha
untuk menemukan struktur dalam ketidakteraturan.
SINTAKS HASIL MODIFIKASI
Untuk modifikasi learning cycle 5E, saya tidak melakukan banyak perubahan fase namun saya lebih menspesifikkan lagi apa yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran. Berikut
adalah hasil modifikasi yang dilakukan pada sintaks learning cycle 5E pada
materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi(untuk siswa SMA):
No
|
Sintaks learning
Cycle 5E Konvensional
|
Sintaks learning Cycle 5E Hasil modifikasi
(Inovasi)
|
Indikator HOTS
|
Alasan serta Dampak Inovasi Sintaks terhadap HOTS
|
1
|
ENGAGE
|
ENGAGE
|
alasan dilakukannya
modifikasi karena pada sintaks konvensional tidak terspesifik kegiatan apa
yang harus dilakukan oleh guru untuk meningkatkan motivas siswa
dengan
dilakukannya modifikasi diharapkan siswa dapat meningkatkan logical
reasoningnya serta berpikir kritis atas fenomena apa yang terjadi dalam
kehidupan ehari-hari yang berkaitan dengan mater fkator yang mempengaruhi
laju reaksi
|
|
Guru memusatkan perhatian siswa dan
memberikan motivasi
|
Guru memusatkan perhatian siswa dan
memberikan motovasi kepada siswa mengenai manfaat pembelajaran mengenai
faktor yang mempengaruhi laju reaksi
|
|||
Guru menggali
pengetahuan awal siswa mengenai konsep yang akan dipelajari (guru tidak
memberikan penjelasan namun petanyaan berantai)
|
Analyze
|
|||
Guru memberikan
kesempatan siswa untuk mempelajari fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan hologram materi(4d glasses)
|
Analyze, creative
thinking,logical reasoning
|
|||
Guru melibatkan
siswa untuk mencari tahu kaitan antara pengetahuan awal siswa dengan konsep
baru yang akan siswa pelajari pada materi faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
|
analyze
|
|||
Guru memberikan
siswa waktu untuk menganalisis masalah apa yang bisa diangkat dari hologram
yang telah diamati untuk dipelajari lebih lanjut.(masalah disini adalah
masalah yang berkaitan dengan materi, fenomena nyata dalam kehidupan dan
masih memerlukan solusi yang tepat)
|
Analyze, critical
thinking, logical reasoning,
|
|||
2
|
EXPLORATION
|
EXPLORATION
|
Alasan dilakukan
modifikasi karena pada fase in isiswa seharusnya iberi keleluasaan untuk
berliterasi dalam hal untuk mempertegas keputusan apa yang mereka ambil untuk
menyelesaikan maslaah yang dipilih
Dengan dilakukannya
modifikasi diharapkan dapat berdampak positif kepada kemampuan siswa dalam
berasumsi secara logis dan relevan
|
|
guru mengajak siswa untuk melakukan
eksplorasi/penyelidikan
|
Guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok diskusi yang sebaran kemampuannya heterogen
|
|||
Guru memberikan
kesempatan siswa untuk berliterasi dengan menggunakan buku, internet, jurnal
maupun video pembelajaran mengenai fenomena yang telah ditampilkan melalui
hologram
|
Analyze, logical
reasoning, critical thinking dan creative thinking decision making
|
|||
Siswa diberikan
kesempatan oleh guru untuk merumuskan prosedur/langkah-langkah bahkan sebuah
produk yang dpat mengatasi masalah yang telah dipilih untuk dipecahkan. Rumusan
prosedur ini di input dalam e-LKPD yang masih kosong
|
Creative thinking
dan logical reasoning, organizing dan attributing
|
|||
Guru menginstruksikan
siswa untuk menemukan teori yang mendukung prosedur yang mereka susun unutk
menciptakan solusi masalah
|
analyze
|
|||
3
|
EXPLAIN
|
EXPLAIN
|
logical
reasoning, creative and critical thinking
|
Pada hasil
modifikasi dilakukan kegiatan yang lebih spesifik dan pemberian kesempatan untuk siswa
menyampaikan persepsinya.
Dengan dilakukannya
modifikasi ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan berasumsi
logis/berdasarkan fakta,bukti,teori serta kemampuan berpikir kritis dan
kreatif siswa dlaam menganalisis dan memandang suatu masalah/fenomena.
|
Guru memberikan siswa kesempatan untuk
menyampaikan pemahaman konsep yang mereka miliki
|
Guru memberikan
kesempatan siswa untuk memaparkan konsep apa dan solusi apa yang siswa
tawarkan untuk menyelesaikan permasalahan yang dipilih
|
|||
Guru membantu
siswa untuk menyesuaikan pemahamannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
sehingga siswa mampu untuk memaparkan pemahaman dan solusi yang ditawarkan
|
Logical reasoning
|
|||
Guru hanya sebagai
penyedia pedoman, sehingga siswa nantinya secara mandiri menentukan semua
yang dibutuhkan dan apa yang harus dilakukan
|
||||
4
|
ELABORATE
|
ELABORATE
|
Analyze,
decision making
attributing
|
Modifikasi ini
dilakukan karena pada sintaks konvensional tidak terjabarkan secara spesifik
kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran
Dengan dilakukannya
modifikasi diharapkan dapat kemampuan siswa dalam mengaitkan satu dengan yang
lain fenomena yang berhubungan dengan materi, dapat mngasah kemampuan
berpikir kreatif, kemampuan mengorganisasikan informasi serta pengambilan
keputusan dlam pemecahan suatu masalah.
|
Guru memfasilitasi siswa untuk dapat
menerapkan konsep yang telah diperoleh ke dalam situasi/permasalahan yang
baru
|
Guru memfasilitasi
siswa untuk dapat menerapkan konsep solusi masalah yang telah disusun sebelumnya
dengan membuat sebuah produk tentunya melalui diskusi kelompok
|
|||
Guru membantu
siswa dalam mengaitkan antara konsep utama yang perlu siswa pahami, konsep
awal yang siswa miliki serta konsep baru yang ditemukan siswa pada fase
eksplorasi
|
||||
Siswa mengaplikasikan
apa yang sudah disusun berdasarkan teori pendukung dengan menciptakan suatu
produk solusi yang merupakan hasil pemahaman konsep yang telah dilakukan
sebelumnya
|
Creative thinking,organizing
|
|||
Guru memunculkan
masalah baru yang bertolakbelakang dengan konsep yang telah dirumuskan siswa
dalam proses pemecahan masalah.
|
Attributing,
logical reasoning
|
|||
5
|
EVALUATE
|
PRESENTING
|
Decision making, critical thinking, logical
reasoning
|
Pada fase ini
ditambahkan fase presenting/ fase dimana siswa menampilkan solusi/produk
konsep yang ia dapatkan selama eksplorasi dan elaborasi
Dengan dilakukan modifikasi
dapat berdampak positif pada kemampuan siswa dalam berasumsi secara logis,
berpikir kritis dan kreatif dalam setiap proses pemecahan masalah.
|
guru mencari tahu kualitas dan
kuantitas ketercapaian pemahaman siswa terhadap topik yang telah mereka
pelajari.
|
Siswa diberikan
kesempatan untuk menampilkan produk, konsep produk serta bagaimana
pemahamannya mengenai materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi
|
|||
Siswa diberikan
kesempatan untuk menyampaikan persepsinya, berdiskusi, mengkritisi,
memberikan saran atas apa yang telah ditampilkan
|
Arguing, logical
reasoning, critical thinking
|
|||
EVALUATE
|
Logical reasoning
|
|||
Guru memberikan
kesempatan siswa untuk menyimpulkan atas penampilan produk, penyampaian
konsep dan solusi masalah yang dipilih.
|
||||
Guru meluruskan
miskonsepsi atas persepsi siswa yang beragam agar tidak ada bias
|
||||
Guru memberikan
tugas tambahan berupa tugas essay berupa masalah yang membutuhkan nalar siswa
|
Critical thinking
dan logical reasoning
|
PERTANYAAN
:
1.
Menurut pendapat anda, bagaimana hasil
modifikasi sintaks learning cycle 5E yang saya buat? Sudah cocokkah dengan
HOTS?
2.
Menurut anda, bisakah pembelajaran hasil
modifikasi ini efektif dilaksanakan diberbagai situasi dan kondisi sekolah
bahkan terpencil sekalipun?berikan alasan!
3.
Menurut pendapat anda, apakah hasil modifikasi
ini dapat memenuhi 3 tuntutan kemampuan berliterasi (humanity, big data,
technology? Berikan penjelasan anda!
x
Menjawab permasalahan kedua, menurut saya modifikasi ini belum bisa diterapkan disekolah terpencil karena dalam inovasi ini menggunakan hologram, dimana disekolah terpencil itu infocus saja susah untuk dimiliki sekolah apalagi hologram. Mungkin bila hologram diganti dengan studi wisata ke daerah setempat maka inovasi ini bisa digunkan untuk berbagai daerah
ReplyDeleteSaya sependapat dengan kk fanny bahwa jika model ini di terapkan di tmpt terpencil yang keterbatasan teknogi penggunaan nya itu bisa di sederhanakan saja misal ya dgn menggunakan power point saja. Dibantu dengan video pembelajaran. Dan juga sebenarny untuk materi ini siswa lebih baik belajar smbil melakukan percobaan saja sudah bagus dengan bahan bahan yg ada dalam kehidupan sehari hari sesuai dgn konsep yg sudah kk buat. Mnurut saya itu sudah literasi teknologi. Untuk di daerah terpencil. Kembali bagaimana guru dalam mengkondisikan nya.
Deleteterimakasih atas pendapt dari rifanny dan dian.
DeleteMenurut saya untuk masalah keefektifan dari modifikasi sintak model ini tidak bisa langsung kita bilang efektif atau tidak efektif karna disini kita melihat kefektifan nya jika telah melakukan proses dilapangan nah setelah itu barulah kita bisa menilai apakah efektif atau tidak, apa yang harus dikurang atau ditambah. Jika terbukti hasil belajar tinggi maka model yg diterapkan efektif terhadap proses pembelajaran siswa. kemudian jika dilaksanakan diberbagai situasi dan kondisi sekolah bahkan terpencil sekalipun saya setuju dengan kak fanny bahwa hasil dari modifikasi model ini belum bisa diterapkan disekolah terpencil karena dalam inovasi ini menggunakan hologram, dimana disekolah terpencil itu infocus saja susah untuk dimiliki sekolah apalagi hologram. hal ini dikarnakan tidak semua sekolah mempunyai fasilitas yang lengkap aplagi daerah terpencil.
ReplyDeletesependapat dengan rini alfiah bahwa untuk masalah keefektifan dari modifikasi sintak model ini tidak bisa langsung kita bilang efektif atau tidak efektif karna disini kita melihat kefektifan nya jika telah melakukan proses dilapangan nah setelah itu barulah kita bisa menilai apakah efektif atau tidak, apa yang harus dikurang atau ditambah. Jika terbukti hasil belajar tinggi maka model yg diterapkan efektif terhadap proses pembelajaran siswa
DeleteMenurut pendapat saya inovasi sintaks yang dibuat oleh kakak rini sudah cocok dengan materi faktor yang mempengaruhi laju reaksi karena telah dijelaskan pada sintak guru memberikan kesempatan siswa untuk mempelajari fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan hologram materi dan sudah mengaitkan sesuai 5 tahapan nya yaitu pembangkitan minat/mengajak (engagement), eksplorasi/menyelidiki (exploration), menjelaskan (explanation), memperluas (elaboration/extention), dan evaluasi (evaluation) serta cukup baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran dan untuk melihat apakah inovasi model ini lebih efektif maka sebaiknya dilakukan uji coba
ReplyDeletemenueut saya inovasi yg Anda buat sudah bagus dan untuk kecocokkannya dengan HOTS sudah terlihat namun sebaiknya Untuk diawal siswa tidak langsung memberikan analisis karna menurut saya kalau ini dipertemuan 1 siswa harus terbiasa dulu dengan modelnya. mungkin lebih baik diganti dengan creative thinking saja dimana siswa bisa memberikan banyak gagasan baru yang membuat mereka terpacu untuk mempelajari fenomena
ReplyDeleteSaya sangat setuju dengan pendapat rina, ada baiknya diawal pembelajaran siswa dibuat rileks terlebih dahulu, tidak serta merta langsung to the point analisis yg bisa membuat siswa tersebut bisa tegang nantinya, dari awal pembelajaran sudah menuntut berpikir tingkat tinggi siswa, menurut saya hotsnya bisa dimunculkan pada tahap diskusi kelompok
DeleteMenurut saya hasil modifikasi yang dibuat kak rini sudah memenuhi 3 tuntutan kemampuan berliterasi (humanity, big data, technology) karena adanya media pembelajaran yang diwajibkan siswa dapat menguasainya, juga ada intruksi siswa untuk mencari literasi terutama internet untuk tuntunan kemampuan beliterasi big data.
ReplyDeletemenurut saya inovasi sintaks yang dibuat sudah baik apabila diterapkan dalam proses pembelajaran, namun untuk memenuhi 3 tuntutan kemampuan berliterasi (humanity, big data, technology) belum terlalu terlihat khususnya pada literasi big data yang kita ketahui berhubungan dengan bidang lainya dalam kehidupan, sedangkan untuk literasi teknologi dan literasi kemanusiaan sudah cukup terlihat dari penggunaan e-LKPD dan diskusi siswa bersama kelompoknya
ReplyDeleteMenurut anda, bisakah pembelajaran hasil modifikasi ini efektif dilaksanakan diberbagai situasi dan kondisi sekolah bahkan terpencil sekalipun?berikan alasan!
ReplyDeletemenurut saya bisa karena sistem pembelajaran dapat diambil dari dalam kehidupan dimana pun mereka tinggal. untuk sekarang malah HOTS sedang digadang2 untuk inovasi pembelajaran di era saat ini
Saya setuju dengan pendapat saudari tri, pembelajaran dpt di ambil dari manapun termasuk di kehidupan sehari2, fenomena yg terjadi di sekitar dan juga hots bisa menjadi pacuan untuk siswa lebih berkembang dalam proses pembelajaran.
DeleteYg dpt dilihat dari beberapa indikator hots.
Adapun indikator berpikir tingkat tinggi (HOTS) menurut Lewy dkk, yakni:
1. Non algorithmic
2. Cenderung kompleks
3. Memiliki solusi yang mungkin lebih dari satu (open-ended approach)
4. Membutuhkan usaha untuk menemukan struktur dalam ketidakteraturan.
Menurut anda, bisakah pembelajaran hasil modifikasi ini efektif dilaksanakan diberbagai situasi dan kondisi sekolah bahkan terpencil sekalipun?berikan alasan!
ReplyDeleteBerkenaan dengan efektifitas menurut saya kita perlu melakukan uji coba terlebih dahulu,
Biar bagaimanapun banyak hal yg mempengaruhi efektifitas keterlaksanaan sintak yg diinovasi
Menurut anda, bisakah pembelajaran hasil modifikasi ini efektif dilaksanakan diberbagai situasi dan kondisi sekolah bahkan terpencil sekalipun? menurut saya bisa diterapkan asalkan sesuai dengan kondisi sekolah. perlu diinovasi menyesuaikan lagi dengan kondisi sekolah.
ReplyDelete