MATERI 3 : HOW TO ASSESS HIGHER-ORDER THINKING SKILLS
HOW TO ASSESS HIGHER ORDER THINKING SKILLS
HOTS
Berpikir merupakan aktivitas
mental yang terjadi apabila seseorang menghadapi masalah atau situasi yang
harus dipecahkan. Kegiatan berpikir dapat diklasifikasikan menjadi berpikir
tingkat rendah (lower order thinking) dan berpikir tingkat tinggi (higher
order thinking). Menurut Heong, et. al (2011) kemampuan berpikir tingkat
tinggi didefinisikan sebagai penggunaan pikiran secara luas untuk menemukan
tantangan baru. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki seseorang
untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi
informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi yang baru.
Woolfolk (2008), menyatakan peserta didik yang memiliki keterampilan berfikir
tingkat tinggi mampu membedakan antara fakta dan opini, mengidentifikasi
informasi yang relevan, memecahkan masalah, dan mampu menyimpulkan informasi
yang telah dianalisisnya.
Proses berpikir tingkat tinggi
terkait dengan tiga asumsi tentang pemikiran dan pembelajaran. Pertama, tingkat
pemikiran tidak dapat dilepaskan dari tingkat pembelajaran bahkan saling
tergantung. Kedua, berpikir terkait dengan konten materi pelajaran dalam
kehidupan nyata yang akan membantu mempelajari keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Ketiga, pemikiran tingkat tinggi melibatkan berbagai proses berpikir yang
diterapkan pada situasi yang kompleks dan memiliki banyak variabel (King, et.
al. - ).
Berpikir tingkat tinggi
melibatkan kerja mental besar-besaran yang diperlukan dalam elaborasi dan
pemberian pertimbangan. Sementara Sudiarta (2006) menjelaskan keterkaitan
berpikir tingkat tinggi dengan hal-hal sebagai berikut: (1) kemampuan
menyelesaikan masalah-masalah baru yang non-rutin dan tak terduga, (2)
kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas analisis, sintesis, evaluasi secara sistematis,
(c) kemampuan melakukan berbagai prediksi yang bermanfaat terhadap fenomena
alam dan kehidupan secara orisinil, kritis, dan kreatif.
Limbach & Wendy (2009), mengidentifikasi lima langkah proses
pengembangan ketrampilan berpikir tingkat tinggi yang dapat diimplementasikan
hampir semua lingkungan pembelajaran peserta didik aktif. Lima langkah tersebut
adalah:
(1) menetapkan rumusan pembelajaran yang mempercepat peserta didik ke
tingkat yang lebih tinggi,
(2) mengajukan pertanyaan. Tingkat pemikiran siswa berbanding lurus
dengan tingkat pertanyaan yang diajukan,
(3) praktik sebelum penilaian. Memilih kegiatan belajar yang
memungkinkan peserta didik untuk berlatih akan mendorong mereka berpikir
kritis,
(4) melakukan review, menyaring, dan memperbaiki pembelajaran,
dan
(5) memberikan umpan balik dan
penilaian pembelajaran.
HOTS atau higher order thinking skill adalah proses berpikir tingkat
tinggi. Dalam taksonomi bloom yang direvisi Anderson menduduki level C4, C5 dan
C6, analisis, evaluasi. dan kreasi. HOTS adalah kemampuan berpikir kritis,
logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
Guru dituntut untuk melakukan proses pembelajaran yang HOTS sehingga
muaranya peserta didik mampu menyelesaikan soal HOTS. Soal HOTS harus mampu
mengukur transfer of knowledge, Problem
solving dan Critical thinking. Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu
keterampilan berpikir yang tidak sekadar mengingat (remember), memahami
(undestand), atau menerapkan (apply).
Dalam menulis soal untuk pengembangan higher order thinking
skill (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi terlebih dahulu
kita harus mengetahui bahwa berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para
penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi. Caranya
adalah seperti berikut ini.
1. Materi yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku: pemahaman,
penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi (bukan hanya ingatan).
2. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus).
Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut penalaran tinggi, maka
setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk
sumber/bahan bacaan.
Langkah-Langkah Menyusun Soal
HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, guru dituntut untuk dapat menentukan
perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang
diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut
penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena
itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan
dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih
stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan
pendidikan.
Berikut langkah-langkahnya:
1. Menganalisis KD yang dapat
dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal
HOTS. Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Guru-guru secara
mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat
dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru
dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk
memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik
dan kontekstual.
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta
didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah
dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang
sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta
didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus
dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan
sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir
soal HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah
penulisan butir soal pada umumnya.
Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek
konstruksi dan bahasa relative sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal,
sesuai format terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran
(rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan
pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal
uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
Ada 11 kemampuan berpikir kritis yang dapat dijadikan dasar dalam
menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi.
a. Menfokuskan pada
pertanyaan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah masalah/problem, aturan,
kartun, atau eksperimen dan hasilnya, peserta didik dapat menentukan masalah
utama, kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran argumen
atau kesimpulan.
b. Menganalisis argumen
Contoh indikator soal: Disajikan deskripsi sebuah situasi atau
satu/dua argumentasi, peserta didik dapat: (1) menyimpulkan argumentasi secara
cepat, (2) memberikan alasan yang mendukung argumen yang disajikan, (3)
memberikan alasan tidak mendukung argumen yang disajikan.
c. Mempertimbangkan yang
dapat dipercaya
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau
eksperimen dan interpretasinya, peserta didik menentukan bagian yang dapat
dipertimbangan untuk dapat dipercaya (atau tidak dapat dipercaya), serta
memberikan alasannya.
d. Mempertimbangkan laporan
observasi
Contoh indikator soalnya: Disajikan deskripsi konteks, laporan
observasi, atau laporan observer/reporter, peserta didik dapat mempercayai atau
tidak terhadap laporan itu dan memberikan alasannya.
e. Membandingkan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan
kepada peserta didik adalah benar dan pilihannya terdiri dari: (1) satu
kesimpulan yang benar dan logis, (2) dua atau lebih kesimpulan yang benar dan
logis, peserta didik dapat membandingkan kesimpulan yang sesuai dengan
pernyataan yang disajikan atau kesimpulan yang harus diikuti.
f. Menentukan kesimpulan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan
kepada peserta didik adalah benar dan satu kemungkinan kesimpulan, peserta
didik dapat menentukan kesimpulan yang ada itu benar atau tidak, dan memberikan
alasannya.
g. Mempertimbangkan kemampuan
induksi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data,
dan beberapa kemungkinan kesimpulan, peserta didik dapat menentukan sebuah
kesimpulan yang tepat dan memberikan alasannya.
h. Menilai
Contoh indikatornya: Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan
masalah, dan kemungkinan penyelesaian masalahnya, peserta didik dapat
menentukan: (1) solusi yang positif dan negatif, (2) solusi mana yang paling
tepat untuk memecahkan masalah yang disajikan, dan dapat memberikan alasannya.
i. Mendefinisikan
Konsep
Contoh indikator soal: Disajikan pernyataan situasi dan
argumentasi/naskah, peserta didik dapat mendefinisikan konsep yang dinyatakan.
j. Mendefinisikan
asumsi
Contoh indikator soal Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan
yang implisit di dalam asumsi, peserta didik dapat menentukan sebuah pilihan
yang tepat sesuai dengan asumsi.
k. Mendeskripsikan
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah teks persuasif, percakapan,
iklan, segmen dari video klip, peserta didik dapat mendeskripsikan pernyataan
yang dihilangkan (Dadan Rosana, 2014: 394-400).
Jadi pada hakikatnya ada banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam
melatih dan menilai HOTS siswa misalnya melalui tes kognitif menggunakan soal
pilihan ganda, essay terstruktur, dan lain sebagainya tergantung kepada
seberapa kreatif guru dan seberapa dalam HOTS yang ingin digali dan
dilatih-kembangkan oleh guru. Namun perlu digaris bawahi bahwa dalam penyusunan
soal/ instrumen penilaian HOTS setidaknya mencakup aspek-aspek yang telah
disebutkan diatas.
CONTOH SOAL HOTS
Berikut adalah 2 contoh soal essay pada materi laju reaksi
yang dapat digunakan untuk menilai HOTs siswa :
No
|
Indikator
|
Butir
Soal
|
Jenjang
kognitif
|
Jenis
Pengetahuan
|
Kriteria skor
|
||||||||||||||||||||||||||
1
|
Menentukan orde dari suatu reaksi
dan persamaan laju reaksinya
|
Gas nitrogen oksida dan gas bromida
bereaksi meneurut persamaan:
2NO (g) + Br2→2NOBr (g)
Berdasarkan hasil percobaan
penentuan laju reaksi diperloh data sebagai berikut:
a.
Tentukan orde reaksi
terhadap NO
b.
Tentukan orde reaksi
terhadap Br2
c.
Tentukan orde reaksi
totalnya
d.
Tentukan persamaan laju
reaksinya
|
C3
|
Konseptual
|
a.
Orde reaksi terhadap NO
(percobaan 1 dan 4)
2X= 4
x= 2
(skor: 5)
b.
Orde reaksi terhadap Br2
2y= 2
y= 1
(skor: 5)
c.
Orde reaksi total= 2+1=
3
(skor: 3)
d.
Persamaan laju reaksi:
v= k [NO]2 [Br]
(skor: 2)
|
||||||||||||||||||||||||||
2
|
Menentukan prosedur percobaan yang
mudah dilakukan serta mendukung kimia hijau dan memperkirakan reaksi yang
berlangsung lebih cepat dari kedua prosedur tersebut
|
Terdapat 2 alternatif prosedur
percobaan yang diajukan oleh pak guru dalam percobaan pengaruh luas permukaan
terhadap laju reaksi, yaitu:
Percobaan 1: menggunakan bongkahan
pualam (CaCO3) dan larutan HCl
Percobaan 2: menggunakan serbuk
tablet redoxon dan air
A.
Bandingkan kedua alternatif prosedur
percobaan tersebut ditinjau dari kemudahan
melakukan percobaan ditinjau dari bahan yang digunakan dan aspek kimia hijau
(terkait limbah berbahaya yang dihasilkan).
B.
Perkirakan laju reaksi
dari prosedur manakah yang berlangsung lebih cepat? mengapa demikian?
|
C5
|
Prosedural
|
A.
Perbandingan prosedur
percobaan 1 dan 2 (skor 15)
B.
Prosedur 2 akan
menghasilkan data dengan laju reaksi yang lebih cepat bila dibandingkan
dengan prosedur 1. Hal ini karena luas permukaan bidang sentuh bentuk serbuk
lebih banyak dibandingkan dengan bentuk bongkahan sehingga tumbukan efektif
antar partikel akan lebih sering terjadi dan cepat menghasilkan produk reaksi. (skor 10)
|
||||||||||||||||||||||||||
3
|
Merancang percobaan pengaruh
konsentrasi terhadap laju reaksi
|
Suatu hari Ani membantu ibu membuat
kue dan tidak sengaja Ani menjatuhkan soda kue ke dalam air yang berisi cuka
dan timbulah gelembung gas pada campuran tersebut. Ani sangat penasaran
dengan apa yang terjadi, kemudian ia mencobanya lagi sebanyak dua kali.
Kedua percobaan menunjukkan waktu
reaksi yang berbeda, sayangnya Ani lupa mencatatnya. Ani pun bermaksud
mencoba kembali percobaan tersebut. Bantulah Ani dalam merancang percobaan.
a.
Bahan apa saja yang
akan kamu pilih untuk percobaan yang akan dilakukan. Tentukan pula jumlahnya
b.
Jika disediakan
alat berikut:
-
Gelas plastik
-
Tabung reaksi
-
Gelas ukur
-
Sendok makan
-
Sendok teh
-
Rak tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Pisau
-
Stopwatch
-
Label
-
Sarung tangan
Alat apa saja yang akan kamu pilih untuk percobaan yang akan
dilakukan?Tentukan pula jumlahnya.
c.
Rancanglah prosedur
percobaan yang akan kamu lakukan.
|
C6
|
Prosedural
|
Bahan:
(skor:
5)
|
||||||||||||||||||||||||||
Alat:
(skor:
10)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Prosedur percobaan:
1.
Siapkan 2 gelas plastik
2.
Labeli kedua gelas
tersebut (Gelas pertama: cuka 6 sdm dan gelas kedua: cuka 8 sdm)
3.
Masukkan 150 mL air ke dalam masing-masing gelas
4.
Masukkan 6 sdm cuka
pada gelas pertama dan 8sdm cuka pada gelas kedua
5.
Masukkan 1 sdt soda kue
ke dalam masing-masing gelas
6.
Catat masing-masing
waktu yang dibutuhkan soda kue untuk habis bereaksi pada kedua gelas tersebut
(skor:
15)
|
REFERENSI :
MASALAH :
1.
Menurut anda, bagaimana cara agar siswa
dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan
anak tidak semuanya tinggi?
2.
Menurut anda, bagaimana cara agar rubrik
yang disusun sesuai/relevan antara skor dan deskripsi kriteria skor untuk
meminimalisir tingkat bias/rancu atas hasil penilaian?
3.
HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa
diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb?
Jelaskan alasan anda.
Dalam pengembangan rubrik, perlu diperhatikan beberapa langkah. Donna Szpyrka dan Ellyn B. Smith (1995) menyebutkan bahwa langkah-langkah pengembangan rubric adalah sebagai berikut :
ReplyDeleteü Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diasesmen.
ü Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutankonsep atau keterampilan yang akan diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.
ü Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus diasesmen.
ü Menentukan skala yang akan diasesmen.
ü Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep atau keterampilan kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberikan angka pada setiap gradasi atau member deskripsi gradasi.
ü Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan rubric yang telah dikembangkan.
ü Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja dari uji coba tersebut kemudian dilakukan revisi terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan keterampilan yang akan diasesmen.
ü Memmikirkan kembali tentang skala yang digunakan.
ü Merevisi skala yang digunakan.
HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb? Jelaskan alasan anda.
ReplyDeletesaya tidak setuju, karena pada dasarnya mau di lingkungan apa pun jika seorang anak itu peka terhdap lingkungan dan mencari solusi atas permasalahan trsebut maka anak tersebut sdh menggunakan cara berpikir HOTS
terimakasih atas tanggapan tri, tapi menurut saya HOTS itukan guru yang bisa membantu melatihnya mengingat guru yang paling sering berinteraksi dengan siswa dan mengamati secara langsung proses berpikir siswa. nah bagaimana menurut tri? karena di lingkungan kita lihat siswa tidak semuanya langsung peka dan secara spontan ber-HOTS?
Deletedilingkungan yang bagimanapun siswa bisa berfikir dengan HOTS. tergantung bagaimana guru disekolah membiasakan siswa belajar dengan berfikir HOTS
Deleteuntuk menjawab permasalahan bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi? Menurut saya dengan cara memahami terlebih dahulu tentang HOTS dan cara penerapannya. selanjutnya dalam penerapannya harulah bertahap dengan memberikan masalah-masalah atau soal-soal yang berbasis kontekstual atau nyata sehingga nantinya siswa akan terbiasa mengerjakan soal/ permasalahan berbasis HOTS . penerapan ini haruslah dilakukan secara berulang agar siswa terbiasa dalam pembelajaran menggunkan HOTS ini dan dapat meningkatkan kemampuannya.
ReplyDeletemenjawab pertanyaan pertama, guru harus sering melatih kan siswa pada masalah" yang memiliki tingkat penjabaran yang agak rumit. sehingga masalah" yang disajikan baik daLam bentuk soal maupun video, demonstrasi, dll bisa membentuk pribadi siswa yang memiliki HOTS.
ReplyDeleteSya sependapat dengan saudari rina,
DeleteMenurut anda, bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi?
guru harus sering melatih kan siswa pada masalah-masalah yang memiliki tingkat penjabaran yang agak rumit. sehingga masalah masalah yang disajikan baik daLam bentuk soal maupun video, demonstrasi, dll bisa membentuk pribadi siswa yang memiliki HOTS.
Pemberian permasalahan dapat melatih keterampilan siswa jika ini dilakukan bertahap dengan demikian siswa terlatih berpikir hingga ketingkat yg lebih tinggi.
Menurut anda, bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi?
DeleteSaya setuju dengan Rina dan Sugeng, dalam mewujudkan agar siswa memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi ialah dengan membiasakan melatihkan HOTS tersebut kepada siswa. Lebih baiknya dengan hal yang dekat dahulu dari kehidupan siswa. Tentang kehidupan sehari-harinya.
HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb? Jelaskan alasan anda.
ReplyDeleteJika hanya bisa, maka saya tidak setuju karena masing-masing kita sebenarnya telah memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, menganalisis dan kreatif memecahkan masalah sudah termasuk berpikir tingkat tinggi. Namun jika pernyataannya HOTS bisa dilatih di sekolah maka saya setuju, karena yang namanya kemampuan jika dilatih maka pasti akan menjaid lebih baik apalagi dnegan pembiasaan disekolah.
saya akan menjawab pertanyaan kk rini :
ReplyDeletebagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi?
Menurut pendapat saya siswa memahami terlebih dahulu tentang HOTS dan cara penerapannya. Penerapan ini haruslah dilakukan secara berulang agar siswa terbiasa dalam pembelajaran menggunakan HOTS ini dan dapat meningkatkan kemampuannya dan sering melatih kan siswa pada masalah-masalah yang memiliki tingkat penjabaran yang rumit sehingga siswa bisa melatih kemampuannya dengan berbagai sumber lain untuk membantu proses belajarnya sehingga dari yang tidak paham menjadi paham.
HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb? Jelaskan alasan anda.
ReplyDeleteMenurut saya hots tidak mesti di asah dlm pembelajaran di sekolah karena dalam kegiatan sehari-hari pun kita dapat berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan suatu masalah.
Menanggapi pertanyaan pertama tentang bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi. Untuk menyikapi hal tersebut dibutuhkan terampilan dan kepiawaian guru dalam menyajikan materi pembelajaran sesuai tuntutan kompetensi dasar dan memberikan pengenalan soal-soal HOTS sebagai latihan secara bertahap serta menyesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa.
ReplyDeleteMenjawab permasalahan bagaimana cara agar siswa dapat memenuhi kriteria penilaian HOTS, sedangkan kita tahu bahwa keterampilan anak tidak semuanya tinggi? Menurut saya dengan cara memahami terlebih dahulu tentang HOTS dan cara penerapannya. selanjutnya dalam penerapannya harulah bertahap dengan memberikan masalah-masalah atau soal-soal yang berbasis kontekstual atau nyata sehingga nantinya siswa akan terbiasa mengerjakan soal/ permasalahan berbasis HOTS . penerapan ini haruslah dilakukan secara berulang agar siswa terbiasa dalam pembelajaran menggunkan HOTS ini dan dapat meningkatkan kemampuannya.
ReplyDeleteHOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, setujukah anda dengan pernyataan tsb? Jelaskan alasan anda
ReplyDeletesaya tidak setuju dengan pernyataan bahwa HOTS merupakan keterampilan yang hanya bisa diasah melalui pembelajaran disekolah, karena ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. jadi menurut saya pengalaman siswa tidak hanya disekolah saja namun masih banyak lingkungan lainnya.